REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sastrawan sekaligus kritikus sastra Maman S Mahayana menyebut kemunculan Remy Sylado dalam kesusastraan Indonesia bertepatan dengan semangat kebebasan. Setelah terjadi masa kelam tahun 1960-an, munculnya Remy di '70-an, semakin menyemarakkan kehidupan kesusastraan dan kesenian di Indonesia.
Secara keseluruhan, menurut Maman, tentu saja kehadiran Remy kala itu telah menumbuhkan pengembangan pada kebudayaan Indonesia. Remy Sylado bisa disebut "seniman gila" karena gagasan-gagasannya yang menggugah dan inspiratif, walaupun kadang kala kontroversial.
"Dia juga cerdas memilih situasi sosial yang pas berkaitan konteks sosial yang terjadi pada masa itu," kata Maman saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (12/12/2022).
Menurut Maman, posisi Remy dalam kesusastraan Indonesia menjadi sangat penting terutama di era '70-an. Misalnya, dengan melahirkan majalan Aktuil yang mampu menumbuhkan semangat anak-anak muda di seluruh Indonesia pada sastra musik dan kesenian.
Kala itu, Aktuil menjadi majalah musik yang paling diikuti. Begitu juga di bidang sastra, Remy menolak kemapanan sastrawan Horison dengan membuka ruang puisi Mbeling.