Jumat 27 Jan 2023 05:21 WIB

Astronot UEA Ini akan Jalankan Misi Luar Angkasa saat Ramadhan, Tetap Wajib Puasa?

Sultan al-Neyadi menjadi astronot Arab pertama yang menghabiskan enam bulan di ISS

Rep: Mabruroh/ Red: Lida Puspaningtyas
Roket (R) Space Launch System (SLS) NASA dengan pesawat ruang angkasa Orion terlihat di atas peluncur bergerak saat diluncurkan ke Launch Pad 39B di Kennedy Space Center di Merritt Island, Florida, AS, awal 04 November 2022. Artemis 1 misi adalah uji terbang tanpa awak pesawat ruang angkasa Orion dan peluncuran pertama SLS. Artemis adalah misi luar angkasa berkelanjutan yang dijalankan oleh NASA dengan tujuan mendaratkan astronot wanita pertama dan astronot kulit berwarna pertama di Bulan. Ini adalah misi Bulan berawak pertama badan antariksa AS sejak Apollo 17 pada 1972. Peluncuran uji terbang tanpa awak ditargetkan pada 14 November.
Foto: EPA-EFE/NASA/Joel Kowsky
Roket (R) Space Launch System (SLS) NASA dengan pesawat ruang angkasa Orion terlihat di atas peluncur bergerak saat diluncurkan ke Launch Pad 39B di Kennedy Space Center di Merritt Island, Florida, AS, awal 04 November 2022. Artemis 1 misi adalah uji terbang tanpa awak pesawat ruang angkasa Orion dan peluncuran pertama SLS. Artemis adalah misi luar angkasa berkelanjutan yang dijalankan oleh NASA dengan tujuan mendaratkan astronot wanita pertama dan astronot kulit berwarna pertama di Bulan. Ini adalah misi Bulan berawak pertama badan antariksa AS sejak Apollo 17 pada 1972. Peluncuran uji terbang tanpa awak ditargetkan pada 14 November.

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI — Astronot Emirati Sultan al-Neyadi mengatakan dia tidak diharuskan berpuasa Ramadhan saat berada dalam misi luar angkasa yang akan datang. Alasannya, karena kondisinya yang masuk dalam kategori musafir.

Pria berusia 41 tahun itu akan menjadi astronot Arab pertama yang menghabiskan enam bulan di luar angkasa ketika dia meluncur ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) bulan depan dengan roket SpaceX Falcon 9.

Baca Juga

Neyadi, Stephen Bowen, dan Warren Hoburg dari NASA dan Andrey Fedyaev dari Rusia dijadwalkan terbang ke ISS pada 26 Februari sebagai anggota SpaceX Dragon Crew-6.

Saat ditanyakan mengenai bulan Ramadhan yang sebentar lagi, Neyadi mengatakan situasinya termasuk dalam pengecualian.

"Saya masuk definisi seorang musafir, dan kita benar-benar bisa berbuka puasa, jadi itu tidak wajib,” tambahnya dilansir dari The New Arab, Kamis (26/1/2023).

Ia mengatakan puasa juga tidak wajib jika mengancam kondisi tubuh saat di luar angkasa. Menurutnya, apa pun yang dapat membahayakan misi dan anggota kru perlu dihindari. Astronot diizinkan untuk makan makanan yang cukup,.

Neyadi akan menjadi warga negara kedua dari Uni Emirat Arab yang melakukan perjalanan ke luar angkasa. Pada September 2019, Hazzaa al-Mansoori menghabiskan delapan hari di ISS.

Para astronot NASA dan kosmonot Rusia juga ditanyai di Johnson Space Center pada Rabu apakah ada ketegangan politik di Bumi, atas Ukraina misalnya, yang meluas ke luar angkasa.

"Saya telah bekerja dan berlatih dengan kosmonot selama lebih dari 20 tahun sekarang dan itu selalu luar biasa," kata Bowen dari NASA, seorang veteran dari tiga misi pesawat ulang-alik.

Begitu sampai di luar angkasa, hanya ada satu kru, satu kendaraan, dan semua memiliki tujuan yang sama. Fedyaev merujuk pada sejarah yang sangat panjang dari kerja sama antariksa antara Rusia dan Amerika Serikat.

"Kehidupan orang-orang di luar angkasa di Stasiun Luar Angkasa Internasional benar-benar memberikan contoh yang sangat baik tentang bagaimana orang seharusnya hidup di Bumi," kata kosmonot Rusia itu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement