Kamis 30 Mar 2023 11:03 WIB

Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan GCC Diprediksi Melambat 3,5 Persen pada 2023

Penurunan ini diperkirakan lebih karena produksi minyak yang lebih rendah.

Rep: Novita Intan/ Red: Fuji Pratiwi
Kesibukan di pelabuhan peti kemas di Arab Saudi (ilustrasi). Berdasarkan laporan S&P Global Market Intelligence, pertumbuhan produk domestik bruto riil di wilayah Gulf Cooperation Council (GCC) akan moderat dari perkiraan 7,6 persen pada 2022 menjadi 3,5 persen pada 2023.
Foto: Al Arabiya
Kesibukan di pelabuhan peti kemas di Arab Saudi (ilustrasi). Berdasarkan laporan S&P Global Market Intelligence, pertumbuhan produk domestik bruto riil di wilayah Gulf Cooperation Council (GCC) akan moderat dari perkiraan 7,6 persen pada 2022 menjadi 3,5 persen pada 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan laporan S&P Global Market Intelligence, pertumbuhan produk domestik bruto riil di wilayah Gulf Cooperation Council (GCC) akan moderat dari perkiraan 7,6 persen pada 2022 menjadi 3,5 persen pada 2023.

Seperti dilansir dari laman Zawya, Kamis (30/3/2023), penurunan ini diperkirakan lebih disebabkan oleh produksi minyak yang lebih rendah dan permintaan global yang lebih lemah pada momentum aktivitas ekonomi nonhidrokarbon. Alasan itu lebih kuat dibandingkan sentimen kondisi keuangan yang lebih ketat oleh bank sentral regional yang terimbas kebijakan perbankan Amerika Serikat. 

Baca Juga

Pengetatan moneter kemungkinan akan mengurangi tekanan inflasi yang berkepanjangan di wilayah GCC dan mendukung profitabilitas bank-bank GCC. Penyedia intelijen menambahkan tidak memperkirakan bank terpengaruh secara material oleh ketidakpastian di pasar keuangan global.

Ekonom S&P Global Market Intelligence Jamil Nayeem mengatakan setidaknya akan ada satu kenaikan suku bunga lagi dari Fed AS akhir tahun ini. Hal ini tergantung pada sejauh mana gejolak baru-baru ini memengaruhi pertumbuhan, lapangan kerja, dan inflasi.

"Kami percaya bahwa kami belum melihat kenaikan suku bunga terakhir dari bank sentral sekitar GCC," ujar Nayeem.

Meskipun rata-rata inflasi di GCC kemungkinan akan tetap di atas tren jangka panjang pada 2023, tapi akan terus menurun menjadi 2,3 persen pada 2024.

"Kami perkirakan rata-rata pertumbuhan indeks harga konsumen tahunan di wilayah GCC akan menurun dari sekitar 3,6 persen pada 2022 menjadi tiga persen pada 2023 karena harga komoditas global yang lebih rendah dari tahun ke tahun, secara bertahap meredanya kekhawatiran gangguan rantai pasokan, dan suku bunga domestik yang lebih tinggi," ucapnya.

Sementara itu, kenaikan suku bunga terbaru akan terus mendukung profitabilitas sektor perbankan kawasan GCC karena selisih suku bunga pinjaman-ke-deposito meningkat. Hal ini mendukung pendapatan bunga bersih, sektor perbankan dengan proporsi yang lebih tinggi dari simpanan bank syariah tanpa bunga, seperti Arab Saudi, akan lebih diuntungkan dari kenaikan suku bunga, catat laporan tersebut.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement