Senin 29 May 2023 20:56 WIB

Teten: Penambahan Usaha Mikro Bukan Berarti Keberhasilan

Pelaku usaha mikro itu cenderung meniru bisnis yang sudah ada.

Pelaku UMKM membersihkan gonggong untuk dijadikan keripik gonggong di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Sabtu (2/4/2022). Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengharapkan kampanye Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) di Kepulauan Riau sebagai upaya untuk mendorong produk UMKM masuk ke pasar ekspor.
Foto: ANTARA/Asprilla Dwi Adha
Pelaku UMKM membersihkan gonggong untuk dijadikan keripik gonggong di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Sabtu (2/4/2022). Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengharapkan kampanye Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) di Kepulauan Riau sebagai upaya untuk mendorong produk UMKM masuk ke pasar ekspor.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, penambahan sektor usaha mikro bisa jadi salah satu indikator kurangnya lapangan kerja di Indonesia.

"Jadi jangan langsung menilai jika usaha mikro semakin banyak itu berarti sebuah keberhasilan," ujar Teten dalam Rapat Koordinasi Teknis Perencanaan Bidang Koperasi, UMKM dan Kewirausahaan 2023 di Medan, Senin (29/5/2023).

Baca Juga

Menurut Kepala Staf Kepresidenan Indonesia tahun 2015-2018 itu, para pelaku usaha mikro kebanyakan adalah mereka yang ingin bekerja tetap sulit mendapatkan tempat. Mereka lalu mencoba berbisnis, tetapi cenderung tidak terarah lantaran tidak memiliki wadah untuk berkonsultasi.

Pada akhirnya, Teten menyebut bahwa pelaku usaha mikro itu cenderung meniru bisnis yang sudah ada. Hal tersebut membuat produk usaha mikro tidak beragam dan tidak terlalu laku di pasaran karena sejenis dengan produk lain.

"Akibatnya, penghasilan dari usaha mikro pasti di bawah UMR," tutur Teten.

Pria berusia 60 tahun itu melanjutkan, salah satu cara untuk mengantisipasi pertumbuhan usaha mikro adalah dengan meningkatkan kualitas usaha kecil dan menengah (UKM) di seluruh Indonesia. Dengan menaikkan kelas UKM, produk dari sektor itu bisa laku dijual dengan skala nasional maupun internasional.

Produk tersebut, Teten menambahkan, tidak perlu harus rumit. Bahkan keripik singkong, dengan pengolahan yang tepat, bisa diekspor ke berbagai negara.

"Keripik singkong itu ketebalannya berbeda-beda di setiap negara. Jadi, usaha tersebut bisa ditingkatkan. Kalau usaha-usaha itu terus membesar, maka pemilik usaha mikro dapat diserap dan bekerja di sana," kata dia.

Selain keripik singkong, beberapa produk lain yang dinilai Teten bisa dikembangkan di tingkat UKM untuk diekspor seperti rumput laut dan minyak nilam, salah satu bahan baku parfum.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah perusahaan mikro di Indonesia pada tahun 2021 adalah 3,95 juta, meningkat dibandingkan tahun 2020 yakni sekitar 3,91 juta. Akan tetapi, jumlah tersebut masih di bawah jumlah perusahaan mikro tahun 2019 yaitu di kisaran 4,13 juta perusahaan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement