REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis inflasi indeks harga konsumen (IHK) akan turun ke level 3,2 persen pada akhir 2023, dibanding periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Ini didukung inflasi harga bahan pangan bergejolak (volatile food) yang semakin menurun menjadi ke level 3,28 persen (yoy) pada Mei 2023, setelah pada bulan Juli 2022 mencapai level 11,47 persen (yoy).
"Secara keseluruhan, akhir tahun ini inflasi bisa mencapai 3,2 persen (yoy), dengan sudah memperkirakan kondisi el nino," ujar Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur Bulan Juni 2023 di Jakarta, Kamis (23/6/2023).
Perry mengatakan, tekanan inflasi menurun ke dalam sasaran 2 persen sampai 4 persen lebih cepat dari perkiraan. Adapun inflasi IHK pada bulan Mei 2023 tercatat 4 persen (yoy) atau berada di batas atas sasaran 2 persen sampai 4 persen.
Penurunan inflasi terjadi di semua kelompok. Inflasi inti Mei 2023 tercatat 2,66 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 2,83 persen (yoy) sejalan dengan berakhirnya periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri, menurunnya harga komoditas global, dan rendahnya ekspektasi inflasi.
Kemudian, inflasi kelompok harga pangan bergejolak tercatat 3,28 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 3,74 persen (yoy). Inflasi kelompok harga diatur pemerintah (administered prices) juga menurun dari 10,32 persen (yoy) menjadi 9,52 persen (yoy).
Menurunnya inflasi ke dalam sasaran, kata dia, sebagai hasil positif dari konsistensi kebijakan moneter, serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara BI dan pemerintah (pusat dan daerah) dalam Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
"Ke depan, BI meyakini inflasi tetap terkendali di dalam sasaran 2 persen sampai 4 persen pada sisa tahun 2023," katanya menegaskan.