Senin 31 Jul 2023 09:24 WIB

Komisi X DPR Nilai Indonesia Perlu Tegaskan Jati Diri Cegah Kampanye LGBT dari Luar

Kampanye LGBT yang berasal dari luar negeri dinilai menuai kekhawatiran di Indonesia.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Nora Azizah
Kampanye LGBT yang sering berasal dari luar negeri dinilai menuai kekhawatiran di Indonesia.
Foto: Republika
Kampanye LGBT yang sering berasal dari luar negeri dinilai menuai kekhawatiran di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tindakan kampanye-kampanye LGBT yang dilakukan musisi luar negeri menuai kekhawatiran. Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih, mengingatkan ada jati diri bangsa yang harus dipertahankan.

Ia menuturkan, Komisi X sendiri sempat diajak Kementerian Parekraf ke London. Fikri merasa, banyak yang memang bisa diambil pelajaran dan ditiru seperti keilmuan, peluang kerja, pariwisata dan lain-lain.

Baca Juga

Kebetulan, ia mengungkapkan, saat itu ada Pride Day atau Rainbow Day di London. Melihat itu, timbul kekhawatiran dari anggota-anggota DPR RI yang ikut baik yang beragama Islam, Kristen, Katolik dan lain-lain.

Apalagi, Fikri menekankan, kampanye-kampanye seperti itu sudah semakin sering melibatkan anak-anak. Ia menilai, Indonesia malah seharusnya mengambil pelajaran dari negara-negara maju yang mulai melarang itu.

"Kalau budaya begitu kita ada jati diri, kita bukan seperti itu dan saat itu semua anggota-anggota DPR, 100 persen sama sekali tidak setuju, itu berbahaya kalau sampai ke Indonesia," kata Fikri kepada Republika.co.id, dikutip Senin (31/7/2023).

Legislator PKS ini mengingatkan, tujuan pendidikan kita mencerdaskan kehidupan bangsa. Seperti amanat UUD 1945, itu dicapai dengan membuat warga bangsa beriman dan bertaqwa, kreatif, mandiri dan lain-lain.

"Ini yang harus diperhatikan. Kemendikbudristek, Kemenparekraf, Kemenag dan pihak-pihak terkait harus berkoordinasi, sehingga bisa menemukan langkah-langkah membangun bangsa sesuai kepribadian, jati diri bagnsa," ujar Fikri.

Ia menegaskan, Indonesia harus mampu mendefinisikan jati diri bangsa sebelum gembar-gembor soal toleransi kepada masyarakat dunia. Terlebih, Fikri menuturkan, negara-negara maju saja sudah mulai berani bersikap tegas.

Bahkan, Fikri yang sempat menemui diaspora atau WNI yang berada di UK saja, merasa tidak ingin menyekolahkan anak-anak mereka di sana. Banyak yang memilih pendidikan anak dikembalikan ke Indonesia terlebih dulu.

"Kenapa? Karena mereka tidak bisa membendung itu. Sebab, materi-materi LGBT masuk kurikulum dan lainnya, jangan sampai Indonesia seperti itu," kata Fikri.

Menurut Fikri, banyak elemen masyarakat akan menolak kampanye-kampanye LGBT dilakukan musisi luar saat tampil di Indonesia. Ia menambahkan, semua itu memang perlu dilakukan demi mempertahankan jati diri bangsa.

"Kita tidak ingin jadi bangsa yang kehilangan jati diri, bangsa yang tidak berbudaya, dan tidak sesuai dengan fitrah manusia itu sendiri," ujar Fikri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement