REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hukuman yang diberikan oleh oknum guru terhadap murid di lingkungan sekolah yang memicu peserta didik tewas kembali terjadi. Peristiwa ini menjadi indikator rendahnya literasi dampak kekerasan di kalangan pendidik.
“Kami tak lelah mengingatkan jika kekerasan di lingkungan pendidikan itu nyata. Kami mendorong investigasi menyeluruh untuk mengetahui kenapa peristiwa yang memicu hilanganya nyawa dua peseta didik terjadi, baik di Deli Serdang maupun di Blitar,” ujar Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda dalam keterangannya, Sabtu (29/9/2024).
Untuk diketahui, dua orang siswa dari sekolah berbeda tewas akibat aksi pendisiplinan yang dilakukan oleh oknum guru. Korban pertama bernama Rindu Syahputra Sinaga (14 tahun) siswa SMP Negeri 1 STM Hilir Deli Serdang, Sumatra Utara yang meninggal sepekan setelah disuruh squat jam 100 kali oleh gurunya. Sedangkan korban kedua berinisial KAF (13 tahun) dari MTs Blitar yang meninggal setelah dilempar kayu di bagian kepala oleh gurunya karena telat shalat dhuha.
Huda mengatakan, kasus kekerasan di Blitar dan Deli Serdang oleh oknum guru menjadi indikator rendahnya literasi dampak kekerasan di kalangan pendidik. Meskipun kekerasan tersebut awalnya diniatkan sebagai bagian pembentukan sikap disiplin, namun jika tidak dibarengi dengan pemahaman utuh mengenai dampaknya maka bisa berakibat fatal.