Kamis 10 Aug 2023 08:54 WIB

Sinead O'Connor Pernah Masuk RSJ Magdalene Laundry, Penyintas: Dia Beri Kami Keberanian

Di mata penyintas Magdalene Laundry, Sinead O Connor adalah ratu mereka.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Ribuan penggemar Sinead O Connor atau Shuhada Sadaqat berbaris di jalan-jalan saat menyaksikan proses pemakamannya di County Wicklow, Irlandia, Selasa (8/8/2023).
Foto: Niall Carson/PA via AP
Ribuan penggemar Sinead O Connor atau Shuhada Sadaqat berbaris di jalan-jalan saat menyaksikan proses pemakamannya di County Wicklow, Irlandia, Selasa (8/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepergian penyanyi Sinead O’Connor menyisakan kedukaan bagi banyak orang, termasuk rekannya sesama penyintas di Magdalene Laundry, Maureen Sullivan. Wanita ini mengatakan bahwa almarhumah memberi kekuatan bagi para penyintas untuk berani berbicara terkait eksploitasi gereja dan negara.

Semasa hidupnya, O'Connor mengungkap tentang pelecehan yang dialaminya di Magdalene Laundry saat remaja. Penyanyi "Nothing Compares 2U" itu pernah menghabiskan lebih dari satu tahun di sana.

Baca Juga

Di Irlandia, Magdalene Laundry adalah institusi yang biasanya dijalankan ordo Katolik Roma yang beroperasi dari abad ke-18 hingga akhir abad ke-20. Magdalene Laundry juga dikenal sebagai rumah sakit jiwa Magdalene.

Magdalene Laundry dijalankan seolah-olah untuk menampung "fallen woman", istilah lawas untuk menggambarkan seorang wanita yang kehilangan kesuciannya. Diperkirakan, 30 ribu wanita dikurung di tempat penampungan Magdalene dan dari waktu ke waktu.

Pelecehan terhadap wanita dan anak di Magdalene akhirnya terungkap. Pada 2013, pemerintah Irlandia secara resmi menyampaikan permintaan maaf atas hal tersebut.

photo
Ribuan penggemar Sinead O Connor atau Shuhada Sadaqat berbaris di jalan-jalan saat menyaksikan proses pemakamannya di County Wicklow, Irlandia, Selasa (8/8/2023). - ( EPA-EFE/Bryan Meade)

Maureen Sullivan, yang datang untuk melihat prosesi pemakaman O'Connor pada Selasa (8/8/2023), mengatakan bahwa ia adalah salah satu dari ribuan perempuan yang dipenjara di institusi rahasia tersebut. Dia mengaku dimasukkan ke dalam tempat penampungan itu pada usia 12 tahun setelah dilecehkan oleh seorang anggota keluarganya.

"Saya adalah penyintas dari Magdalene Laundry, dan saya menghabiskan empat tahun di tempat-tempat ini, diperdagangkan dari satu tempat ke tempat lain. Nama saya berubah, pendidikan saya dirampas, dan saya tidak diizinkan bermain dengan anak-anak lain jika saya menceritakan apa yang terjadi pada saya," kata Sullivan seperti, dilansir Independent, Kamis (10/8/2023).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement