REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Aksi pembakaran Alquran yang kembali dilakukan oleh Salwan Momika telah memantik reaksi dari negara-negara Islam. Salwan Momika membakar Alquran untuk yang kedua kalinya di luar kedutaan Irak di Stockholm, Swedia pada Kamis (20/7/2023).
Pada aksi itu, seorang wanita dengan berani mencoba memadamkan api yang membakar Alquran dengan menyemprotkan pemadam api ringan.
Namun tindakan wanita itu justru dihadang polisi Swedia. Wanita itu pun ditangkap polisi. Pendakwah yang juga Presiden Nusantara Foundation, Ustadz Shamsi Ali, mengatakan pembakaran Alquran yang marak terjadi di Eropa khususnya di Swedia tak lepas juga dari latar belakang politik.
Menurutnya aksi pembakaran Alquran seperti yang dilakukan Salwan Momika menunjukan bahwa orang-orang Eropa makin tidak menghargai kitab suci.
"Pembakaran Alquran hanya marak di Eropa, dan itupun di Swedia. Saya melihatnya lebih kepada dendam politik karena yang menentang keanggotaan Swedia di NATO hanya Turki. Tapi apapun itu, pembakaran Alquran adalah sesuatu yang salah dan harus diprotes. Masalahnya memang orang-orang Eropa yang semakin sekuler tdk menghargai Kitab Suci termasuk Kitab suci mereka sendiri," kata ustaz Shamsi Ali kepada Republika.co.id pada Selasa (22/8/2023).
Baca juga: Ketika Berada di Bumi, Apakah Hawa Sudah Berhijab? Ini Penjelasan Pakar
Ustadz Shamsi Ali mengajak seluruh umat Islam terutama di Indonesia untuk melakukan protes dan penentangan terhadap aksi-aksi pembakaran Alquran. Namun demikian, menurutnya, kasus-kasus pembakaran Alquran yang terjadi di Eropa justru membangkitkan keinginan banyak non Muslim untuk mempelajari dan mendalami Alquran.
"Namun perlu diketahui oleh semua, pembakaran Alquran telah mengurangi kesucian dan kemuliaan Alquran. Bahkan dengan tindakan pembakaran itu semakin banyak yang ingin tahu apa itu Alquran. Bahkan menerima Alquran sebagai petunjuk hidup mereka. Saya bisa bersaksi. Banyak yang telah masuk Islam karena membaca Alquran," katanya.