Senin 04 Dec 2023 19:22 WIB

Di Balik Pria Iran yang tak Suka Berdasi Ternyata Ada Kaitannya dengan Amerika dan Israel

Pria Iran enggan berdasi sebagai bentuk perlawanan terhadap Barat

Para pengunjuk rasa Iran (ilustrasi). Pria Iran enggan berdasi sebagai bentuk perlawanan terhadap Barat
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Di banyak negara, terutama yang mengalami empat musim, jas dan dasi bahkan sudah menjadi pakaian kerja sehari-hari warga.

Namun, berbeda dengan di Iran. Mereka mempunyai cara berpakaian sendiri. Jas dan kemeja  tidak lagi dipadukan dengan dasi. Beberapa kali bertemu orang-orang Kedutaan Iran di Jakarta, saya tidak permah melihat mereka mengenakan dasi, baik ketika berjas maupun hanya berkemeja saja.

Baca Juga

Juga ketika saya beberapa hari berkunjung ke Iran pekan ini, saya tidak pernah menjumpai para pria Iran mengenakan dasi. Bahkan saya juga tidak pernah menemukan toko-toko pakaian yang menjual pengikat leher kemeja itu.

Agak penasaran, saya pun bertanya kepada Sayyid Mohammad Hosein Hashemi, deputi presiden Iran untuk urusan budaya. Ada dua alasan, menurutnya, mengapa kaum pria Iran ogah mengenakan dasi. Pertama, dasi yang dikenakan dengan cara mengikat leher/kerah kemeja dianggap sebagai lambang keterkungkungan dan penjajahan.

Kedua, orang yang mengenakan dasi dikatakan Hashemi sebagai menyerupai orang-orang Barat. Ia pun menyebut sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud, “Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka.”

Yang dimaksud “suatu kaum” dalam hadis tadi, dalam pandangan Hashemi, adalah orang-orang Barat yang dianggapnya sebagai sering memusuhi Islam dan umat Islam. Dasi adalah aksesoris pakaian yang dikenakan sehari-hari oleh orang-orang Barat.

Baca juga: Heboh Wolbachia, Ini Tafsir dan Rahasia Nyamuk yang Diabadikan Alquran Surat Al-Baqarah

Atas dua alasan tadi, para kaum pria Iran pun tidak lagi mengenakan dasi sejak kemenangan Revolusi Islam 36 tahun lalu. Revolusi Islam Iran adalah perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Imam Khomeini untuk menjatuhkan penguasa monarki Iran, Shah Reza Pahlavi, yang telah berkuasa selama 37 tahun.

Ketika berkuasa, Shah Reza Pahlevi menyebut dirinya sebagai “Yang Mulia Baginda” dan bergelar sebagai Shahanshah alias Raja Segala Raja dan Aryamehr yang berarti ‘pemimpin bangsa Arya’. Ia menerapkan kebijakan westernisasi yang tidak lain menjadikan dirinya sebagai boneka kepentingan Barat.

Menjelang kejatuhan Shah..

 

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement