REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengingatkan kembali semangat toleransi dan saling menghormati antarumat beragama. Menurut dia, jika hal itu sudah terbangun di internal, maka akan lebih mudah untuk membangun toleransi dengan agama lain.
"Kalau di dalam internal umat beragama telah dibangun kebersamaan, keserasian, toleransi, maka dengan agama yang lain akan lebih mudah untuk membangun toleransi," jelas Muhadjir dalam siaran pers, Senin (11/3/2024).
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama. Tidak ada satupun dari rakyat Indonesia yang tidak percaya akan adanya Tuhan. Menurut dia, hal itu pun tercermin dalam rumusan resmi dalam negara Indonesia disebut 'Berketuhanan Yang Maha Esa'.
“Tugas kita sesuai dengan tema Hari Suci Nyepi yaitu Sat Cit Ananda untuk Indonesia Jaya ini adalah membangun kebersamaan dan menjaga tolerasi serta menjaga kerukunan,” ungkap Muhadjir.
Menyimak suguhan Tari Bedhaya Sivaghra, Muhadjir mengkomparasikan budaya Hindu yang ada di Jawa dengan kesenian budaya Hindu yang ada di Pulau Bali. Muhadjir mengungkapkan, jika biasanya tarian Bali sangat dinamis, saat ini dia menyaksikan tarian Jawa yang sangat halus dengan keanggunannya maka ada jelas perbedaan di sana.
"Tetapi bukan perbedaan yang harus terserpih-serpih, namun perbedaan yang merupakan mozaik. Perbedaan yang tersusun rapi dan menjadi penanda tertentu yang membuat kehidupan beragama dalam umat hindu yang indah dan harmonis,” imbuh dia.
Menurut dia, tema yang sangat luar biasa yang dilaksanakan pada tahun 2024 masehi dalam mendekati Hari Suci Nyepi 1946 yang digelar tahun ini. Hari Nyepi tahun 1946 Tahun Saka bersamaan dengan Bulan Suci Ramadhan. Dia berharap itu menjadi pertanda baik untuk kehidupan berbangsa dan bernegera Indonesia.
"Di mana umat hindu melakukan pensucian diri dibarengi oleh umat muslim yang akan melaksanakan ibadah di bulan suci,” ujar Muhadjir.
Menggarisbawahi tema Hari Suci Nyepi tahun ini, dia mengimbau kepada seluruh umat bergama terutama tokoh agama, pemimpin agama, para pandita, dan linandita untuk memimpin umatnya, para pemeluk agama Hindu supaya bisa melaksanakan ajaran dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya.
"Begitu juga untuk pemimpin agama yang lain. Harus bisa membangun semangat kerukunan, kebersamaan dan toleransi bukan hanya antar umat beragama tapi juga interen umat beragama," jelas dia.