Ahad 24 Mar 2024 16:20 WIB

Penembakan Massal Didihkan Tensi antara Rusia dan Ukraina

Serangan itu menjadi pembunuhan massal paling mematikan di Rusia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Seorang wanita meletakkan bunga di monumen penyair terkenal Rusia Aleksander Pushkin di Beograd, Serbia, Sabtu, (23/3/2024), menyusul serangan hari Jumat di Balai Kota Crocus di tepi barat Moskow.
Foto: AP Photo/Vitaly Smolnikov
Seorang wanita meletakkan bunga di monumen penyair terkenal Rusia Aleksander Pushkin di Beograd, Serbia, Sabtu, (23/3/2024), menyusul serangan hari Jumat di Balai Kota Crocus di tepi barat Moskow.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan empat orang tersangka serangan di aula konser yang menewaskan 133 orang di Moskow diyakini hendak kabur ke Ukraina. Sementara Kiev membantah keras keterlibatannya dalam serangan di Crocus City Hall di Krasnogorsk itu.

Melalui saluran media sosialnya kelompok yang berafiliasi dengan ISIS di Afghanistan mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Kiev menuduh Putin dan politisi Rusia lainnya mengaitkan Ukraina serangan tersebut untuk mengobarkan semangat perang Rusia di Ukraina yang kini memasuki tahun ketiga.

Baca Juga

Pejabat intelijen Amerika Serikat (AS) mengkonfirmasi ISIS bertanggung jawab atas serangan itu. Putin mengatakan pihak berwenang Rusia menahan 11 orang dalam serangan Jumat (22/3/2024) itu yang juga melukai banyak orang dan mengubah aula konser menjadi puing-puing.

Ia menyebut serangan tersebut "serangan teroris babar mematikan" dan pihak berwenang menangkap empat orang pelaku bersenjata saat mereka mencoba melarikan diri ke Ukraina melalui "jendela" yang disiapkan untuk mereka dari sisi perbatasan Ukraina. Putin mengatakan langkah keamanan tambahan sudah diterapkan di seluruh penjuru Rusia. Ia menetapkan Ahad (24/3/2024) sebagai hari berkabung.

Tim penyidik masih menyisir reruntuhan gedung konser untuk mencari lebih banyak korban dan pihak berwenang mengatakan jumlah korban jiwa dapat bertambah. Kementerian Kesehatan Rusia mengatakan ratusan orang mengantre di Moskow untuk mendonasikan darah dan plasma mereka.  

"Kami tidak hanya menghadapi serangan teror yang dipersiapkan dengan cermat dan menyeluruh tapi juga dipersiapkan dan diorganisir dengan baik untuk menggelar pembunuhan massal pada masyarakat damai tak bersalah," kata Putin dalam pidato yang disiarkan televisi, Sabtu (23/3/2024).

Serangan itu menjadi pembunuhan massal paling mematikan di Rusia dalam beberapa tahun terakhir. Terjadi beberapa hari setelah Putin dinyatakan menang dalam pemilihan umum dan perang Ukraina terus berjalan.

Sejumlah anggota parlemen Rusia langsung menuding Ukraina tidak lama setelah serangan terjadi. Tapi, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Mykhailo Podolyak membantah negaranya terlibat dalam serangan tersebut. "Ukraina tidak pernah menggunakan metode teroris, semua yang terjadi dalam perang ini hanya diputuskan di medan pertempuran," kata Podolyak di media sosial X.

Kementerian Luar Negeri Ukraina menuduh Moskow menggunakan serangan ini untuk mengobarkan semangat perang di Ukraina. “Kami menganggap tuduhan tersebut sebagai provokasi yang direncanakan Kremlin untuk semakin memicu histeria anti-Ukraina di masyarakat Rusia, menciptakan kondisi untuk meningkatkan mobilisasi warga Rusia berpartisipasi dalam agresi kriminal terhadap negara kami dan mendiskreditkan Ukraina di mata masyarakat internasional,” kata kementerian dalam pernyataannya.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement