Ahad 23 Jun 2024 12:53 WIB

Bisnis dan Investasi Ekosistem Haji BPKH Mulai Berkembang di Arab Saudi

BPKH Limited juga telah menyewakan 120 area lobi dan restoran di hotel.

Rep: Muhyiddin/ Red: Budi Raharjo
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) membentuk anak perusahaan bernama BPKH Limited yang berbasis di Arab Saudi. Melalui BPKH Limited, bisnis dan investasi ekosistem haji BPKH pun mulai menggeliat di Arab Saudi.
Foto: BPKH
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) membentuk anak perusahaan bernama BPKH Limited yang berbasis di Arab Saudi. Melalui BPKH Limited, bisnis dan investasi ekosistem haji BPKH pun mulai menggeliat di Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) membentuk anak perusahaan bernama BPKH Limited yang berbasis di Arab Saudi. Melalui BPKH Limited, bisnis dan investasi ekosistem haji BPKH pun mulai menggeliat di Arab Saudi.

Satu hal peluang investasi yang menjadi fokus BPKH Limited terkait ekosistem perhajian di Arab Saudi. Di antaranya, pada musim haji tahun ini BPKH membuka peluang bisnis, mulai dari hotel, katering untuk jamaah haji, serta fasilitas akomodasi.

Kepala BPKH, Fadlul Imansyah mengatakan, sejauh ini investasi keuangan haji BPKH mayoritas masih dalam bentuk deposito berjangka syariah dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Investasi di luar itu, menurut dia, hanya kurang dari lima persen, termasuk investasi ekosistem haji.

"Sesuai dengan kesepakatan pemerintah dan juga Komisi VIII DPR RI bahwa BPKH harus ikut serta di dalam ekosistem perhajian, bentuknya investasi dan sebagainya," ujar Fadlul saat berkunjung ke dapur katering jamaah haji Indonesia, Buroq Al Misk di Makkah, Ahad (8/6/2024) lalu.

Dia menuturkan, kuota jamaah haji Indonesia tahun ini terus bertambah dari yang sebelumnya 221 ribu jamaah menjadi 241 ribu jamaah. Karena itu, menurut Fadlul, hal itu menjadi peluang bagi BPKH untuk mengendalikan harga dalam Biaya Pelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).

"Ini merupakan sebuah peluang bagi kita untuk ikut di dalam, tidak hanya melakukan investasi tapi juga merupakan bagian dari pengendalian harga untuk biaya pelaksanaan ibadah haji," ucap Fadlul.

"Dan kedepannya seiring dengan kuota haji yang terus meningkat ini juga akan menjadi suatu kesempatan bagi BPKH untuk melakukan investasi di dalam ekosistem perhajian," ucap Fadlul menambahkan.

Fadlul menjelaskan, ekosistem ekonomi haji dan umrah di Arab Saudi merupakan salah satu peluang investasi yang sangat besar. Pada tahun ini, menurut dia, ada 241 ribu jamaah haji yang berangkat haji, sehingga uang yang berpindah ke Saudi ada sekitar Rp 20 triliun.

"Sementara, jamaah umrah kita ada 2 juta orang per tahun. Maka, kita ada sekitar 80 triliun capital outflow dari Indonesia ke Saudi. Belum termasuk oleh-oleh dan sebagainya," kata dia.

Berdasarkan hitungannya, maka total ada sekitar Rp 100 triliun setiap tahunnya dana yang berpindah dari Indonesia ke Arab Saudi. "Dan itu hanya sebatas ongkos naik haji dan umrah saja, belum yang lain-lain," jelas Fadlul.

"Jadi makanya ini menjadi satu hal yang stratetegis dan ini saya rasa pemerihtah juga sangat konsen supaya bagaimana caranya dana yang Rp 100 triliun itu bisa kembali lagi ke Indonesia," ujar Fadlu menjelaskan.

Berdasarkan visi Arab Saudi 2030, satu musim haji sendiri nantinya bisa mencapai 4,5 juta orang. Sementara untuk umrah bisa mencapai 30 juta orang.

"Bisa dibayangkan 2030 kalau kuota haji bisa naik sampai 4 juta, dan kita sampai 400 ribu jamaah plus dengan umrah yang mungkin sekitar 5 juta. Jadi total bisa Rp 200-300 triliun yang harus keluar dari Indonesia dan itu harus kita antisipasi dari awal," jelas Fadlul.

photo
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) membentuk anak perusahaan bernama BPKH Limited yang berbasis di Arab SaudMelalui BPKH Limited, bisnis dan investasi ekosistem haji BPKH pun mulai menggeliat di Arab Saudi. - (BPKH)

Memasok bumbu masakan

Saat ini, BPKH limited sebagai anak perusahaan BPKH juga sudah melakukan beberapa kegiatan di dalam mendukung pelaksanaan ibadah haji. Salah satunya menyediakan 76 ton bumbu masakan yang disiapkan di katering jamaah haji Indonesia. "Alhamdulillah ini sudah berjalan dengan baik," kata Fadlul.

Menurut dia, penyediaan puluhan ton bumbu tersebut memang belum bisa menyuplai 300 ton total kebutuhan di Tanah Suci. Namun, kata dia, minimal pihaknya sudah melakukan langkah awal untuk mendukung layanan konsumsi jamaah haji yang bercita rasa Nusantara.

Dia menambahkan, pihak suplier sendiri membutuhkan waktu yang cukup untuk bisa memenuhi total kebutuhan bumbu masakan jamaah tersebut. Sehingga, tahun ini pihaknya hanya mampu menyediakan sekitar 25 persen bumbu untuk total kebutuhan yang diminta.

"Tentu saja untuk menyuplai 100 persen dari kebutuhan sekitar 300 ton ini menjadi tantangan tersendiri," jelas Fadlul.

Melihat peluang bisnis fasilitas akomodasi, tahun ini BPKH Limited juga telah menyewakan 120 area lobi dan restoran di hotel kepada para UMKM di Tanah Suci. Salah satu area yang disewakan BPKH terdapat di Hotel 601, Jarwal, Makkah.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id di lokasi pada Rabu (12/6/2024), toko perbelanjaan itu tampak menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari jamaah haji Indonesia. Dua karyawan yang berjaga di toko itu tampak mengenakan seragam BPKH.

"Alhamdulillah banyak jamaah yang belanja di sini. Mudah-mudahan bisa memudahkan jamaah," ujar salah satu karyawan toko tersebut, Ira (32 tahun).

Tidak hanya itu, BPKH Limited juga bekerjasama dengan para investor dari Indonesia untuk melayani tamu Allah dengan masakan khas Nusantara. Dalam hal ini, BPKH Limited berkolaborasi mengelola Damba Resto yang terdapat di Lantai 4 Tower Zam-Zam, Masjidil Haram.

"Damba Resto Insya Allah akan kita launching. Masih kami cari waktunya untuk grand launching-nya," ucap Mudir BPKH Limited, Sidiq Haryono saat dikonfirmasi Republika.co.id, Kamis (20/6/2024).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement