REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Israel harus menerima hukuman atas tindakannya yang cukup berat di Gaza agar pihak lain tidak meniru atau mempertimbangkan untuk melakukan kekejaman serupa.
“Israel harus menghadapi konsekuensi dari tindakannya, memastikan bahwa hukuman tersebut berfungsi sebagai pencegahan terhadap siapa pun yang mempertimbangkan kekejaman seperti itu lagi,” kata Presiden Turki Erdogan kepada wartawan di pesawat yang kembali dari Republik Turki Siprus Utara, Minggu (21/7).
Erdogan juga mengomentari pendapat penasihat yang dikeluarkan Mahkamah Internasional (ICJ) yang menegaskan hak warga Palestina untuk menentukan nasib sendiri dan memutuskan bahwa pemukiman Israel di wilayah pendudukan harus dievakuasi.
“Saya berharap keputusan ini dan keputusan-keputusan sebelumnya yang tidak dilaksanakan oleh Israel akan membawa kebangkitan di komunitas internasional,” ucapnya.
Presiden Turki Erdogan desak Amerika menekan Israel dan menarik dukungannya terhadap Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu yang disebutnya sebagai pembunuh untuk mengakhiri penindasan di Gaza.
“Untuk mengakhiri penindasan ini, pemerintah AS perlu menekan Israel dan menarik dukungannya dari pembunuh Netanyahu dan rekan-rekannya,” ucapnya.
Erdogan menyerukan agar seluruh orang yang memperjuangkan keadilan terhadap tindakan Israel untuk bersatu dan memastikan semuanya mendukung keputusan ICJ.
“Kita hanya bisa mengganggu permainan ini dengan sikap seperti itu,” tuturnya.
Adapun pengadilan menemukan beberapa pelanggaran hukum internasional yang dilakukan Israel termasuk aktivitas yang merupakan apartheid.
Sejak Tel Aviv melancarkan perang brutal pada 7 Oktober, lebih dari 38.900 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, sebagian besar dari korban adalah wanita dan anak-anak. Selain itu, lebih dari 89.600 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat di Gaza.