Bertasbih dalam ayat-ayat di atas itu secara nyata dan hakiki, bukan metamorfosa. Allah SWT menjadikan bagi gunung-gunung itu kemampuan bertasbih bahkan mampu bertasbih bersama Nabi Daud.
Penundukan gunung untuk bertasbih dengan Daud adalah wujud menampakkan mukjizatnya sebagai nabi, begitu juga bentuk pengulangan dan kebersamaan bertasbih, dimana gunung itu mengulangi tasbinya Daud atau bertasbih atas perintah Daud.
Imam al-Qurthuby menjelaskan, Allah SWT menyebutkan apa yang diberikan kepada Daud berupa dalil dan mukjizat, yaitu bertasbihnya gunung bersamanya.
Imam Muqatil mengatakan ketika Nabi Daud berdzikir kepada Allah SWT maka gunung akan turut berdzikir bersamanya. Tasbihnya pun jelas berupa kata-kata yang dirapalkan dari terbit matahari hingga waktu terbenam.
Ketiga, khusyuk kepada Allah SWT
Gunung juga khusyuk kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana dijelaskan Surat al-Hasyr ayat 21.
لَوْ أَنْزَلْنَا هَٰذَا الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۚ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Kalau sekiranya Kami turunkan Alquran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.”
Dalam konteks ayat ini, Allah SWT mengingatkan pentingnya tunduk dan takut kepada Allah SWT, dengan menjauhi maksiat dan melaksanakan kebaikan. Allah SWT menggambarkan permisalan yang tepat.
Gunung dengan segala Kekerasan nya bersamaan dengan turunnya Alquran tunduk kepada Allah SWT. Tentu manusia dengan segala kelebihannya dari segala makhluk tentu lebih sepatutnya tunduk kepada Allah SWT.