Selasa 17 Sep 2024 13:35 WIB

Hakim Agung Gazalba Keberatan Dituntut 15 Tahun, Katanya Gratifikasi Hanya Rp 200 Juta

Gazalba membandingkan tuntutan yang dialamatkan kepada dirinya dengan tuntutan lain.

Red: Mas Alamil Huda
Terdakwa Hakim Agung nonaktif Gazalba Saleh (kiri) mengikuti sidang tuntutan kasus gratifikasi dan pencucian uang terkait penanganan perkara di Mahkamah Agung (MA), Jakarta, Kamis (5/9/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Terdakwa Hakim Agung nonaktif Gazalba Saleh (kiri) mengikuti sidang tuntutan kasus gratifikasi dan pencucian uang terkait penanganan perkara di Mahkamah Agung (MA), Jakarta, Kamis (5/9/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Hakim Agung nonaktif Gazalba Saleh menyatakan keberatan dengan tuntutan pidana selama 15 tahun penjara. Tuntutan itu terkait kasus dugaan gratifikasi penanganan perkara di Mahkamah Agung dan tindak pidana pencucian uang atau TPPU.

"Pidana penjara 15 tahun yang dituntut oleh penuntut umum KPK kepada saya terasa sangat berat dan di luar nalar karena dugaan gratifikasinya hanya senilai Rp 200 juta," ujar Gazalba dalam sidang pembacaan nota pembelaan (pleidoi) di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Selasa (17/9/2024).

Baca Juga

Dalam kesempatan itu, Gazalba membandingkan tuntutan yang dialamatkan kepada dirinya dengan tuntutan-tuntutan lain pada kasus serupa dengan nilai gratifikasi yang lebih besar. Terhadap terdakwa kasus korupsi dan gratifikasi mantan bupati Klungkung I Wayan Candra yang nilai gratifikasinya mencapai Rp 42 miliar dan dituntut pidana selama 15 tahun.

Gazalba juga merujuk pada perkara suap dan gratifikasi senilai Rp 49,5 miliar yang melibatkan mantan Sekretaris Mahkamah Agung Nurhadi dan Nurhadi dituntut 12 tahun penjara. Ketimpangan tersebut mengakibatkan Gazalba mempertanyakan apakah KPK memiliki standar acuan dalam menuntut perkara gratifikasi. Apabila tidak ada, maka penuntut umum KPK telah menggunakan kewenangannya secara berlebihan.