REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Tentara Penjajah Israel (IDF) mengklaim telah membunuh pimpinan Hamas, Yahya Sinwar, dalam sebuah patroli di Rafah, Gaza Selatan, Kamis (17/10/2024).
IDF menyatakan, tentaranya melakukan operasi dalam beberapa hari terakhir di jalur Gaza selatan berdasarkan informasi intelijen yang menunjukkan bahwa para pemimpin Hamas hadir di daerah tersebut. Pasukan dari Brigade 828 yang hadir di daerah itu bentrok dengan tiga pejuang Hamas dan membunuh mereka. Setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui bahwa Sinwar adalah salah satunya, menurut pernyataan militer.
Juru bicara militer Israel mengatakan bahwa tentara tidak mengetahui bahwa Sinwar berada di gedung tempat terjadinya baku tembak di Jalur Gaza selatan. Radio Tentara Israel menyatakan bahwa bentrokan dengan Sinwar terjadi di Tel al-Sultan di Rafah. Sinwar mengenakan rompi militer, bersama dengan sejumlah pimpinan lapangan.
Yahya Sinwar, lahir pada 19 Oktober 1962, di kamp pengungsi Khan Yunis di Gaza, menjadi pemimpin Hamas yang terkemuka. Keluarganya mengungsi selama Nakba 1948. Ia belajar di Universitas Islam Gaza, di mana ia menjadi aktifis mahasiswa, yang membuka jalan bagi perannya dalam mendirikan aparat keamanan internal Hamas, Majd, pada tahun 1986.
Sinwar ditangkap beberapa kali oleh Israel, dan dijatuhi hukuman seumur hidup empat kali pada tahun 1988. Selama 23 tahun di penjara, ia memimpin tahanan Palestina, menjalani kurungan isolasi, dan menulis beberapa buku. Ia dibebaskan dalam kesepakatan pertukaran tahanan pada tahun 2011.
Setelah dibebaskan, Sinwar naik pangkat di Hamas. Dia memimpin sayap militer dan biro politiknya di Gaza. Ia berperan penting dalam mengoordinasikan kegiatan militer dan politik Hamas. Pada tahun 2024, setelah pembunuhan Ismail Haniyeh, Sinwar menjadi kepala biro politik Hamas. Israel menganggapnya sebagai arsitek operasi Badai Al-Aqsa 2023.