Kamis 11 Sep 2025 18:48 WIB

Sarah Tsunami, Bayi Selamat Tsunami Pangandaran 2006 yang Terima Beasiswa di Dies Natalis UNPAD

Perjalanan hidup Sarah menjadi inspirasi banyak orang

Rep: Muhammad Taufik/ Red: Arie Lukihardianti
Sarah Tsunami (Tengah) bersama Rektor Unpad Prof. Arief S Kartasasmita (Kiri), dan Tokoh Budaya Sunda, Eka Santosa (Kanan)
Foto: M Taufik
Sarah Tsunami (Tengah) bersama Rektor Unpad Prof. Arief S Kartasasmita (Kiri), dan Tokoh Budaya Sunda, Eka Santosa (Kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Kisah haru mewarnai peringatan Dies Natalis Universitas Padjadjaran (UNPAD) ke-68, Kamis (11/9/2025). Sarah Tsunami, bayi yang selamat dari dahsyatnya tsunami Pangandaran pada 2006 silam, kini tampil sebagai remaja penuh semangat dan mendapat anugerah istimewa berupa beasiswa dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD.

Pemberian beasiswa tersebut disahkan langsung oleh Rektor UNPAD Prof Arief S Kartasasmita, setelah sebelumnya diajukan Dekan FPIK UNPAD Prof Yudi Nurul Ihsan. Momen penuh haru itu berlangsung di ruang khusus Graha Sanusi UNPAD, Bandung, disaksikan para sivitas akademik serta tamu undangan. Sarah hadir bersama tokoh pemekaran Kabupaten Pangandaran, Eka Santosa yang turut mendampingi sejak awal prosesi.

Baca Juga

“Alhamdulillah, ini sebuah berkah luar biasa. Dari bencana yang pernah merenggut banyak nyawa, kini lahir semangat baru untuk menatap masa depan,” ujar Eka Santosa kepada Republika, Kamis (11/9/25).

Saat tsunami 2006, Eka menjabat Pimpinan Komisi II DPR RI sekaligus Ketua Panja Pemekaran Daerah Otonomi Seluruh Indonesia.

Perjalanan hidup Sarah menjadi inspirasi banyak orang. Dua dekade lalu, ia hanyalah bayi mungil yang selamat dari gulungan ombak raksasa yang memorak-porandakan pesisir Pangandaran. Kini, 19 tahun kemudian, Sarah tumbuh menjadi remaja penuh harapan, simbol kebangkitan dari luka masa lalu.

Kehadiran Sarah di Dies Natalis UNPAD ke-68 bukan hanya menghadirkan suasana haru, tetapi juga mengingatkan publik akan mukjizat dan kasih sayang Allah SWT. Banyak undangan menilai kisahnya sebagai bukti nyata bahwa dari balik musibah, selalu ada secercah harapan baru.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement