REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO--Arang stik produksi Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menembus pasar beberapa negara di Timur Tengah sebagai bahan baku pembakar tembakau rokok khas Arab, shisha.
Supriyanto warga Dukuh Donokerto, Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan, Kulon Progo, salah satu pemilik pabrik penghasil arang stik itu, Ahad, mengatakan, produksi arangnya berhasil menembus pasar ekspor. Ia mengatakan selama empat tahun dirinya memproduksi arang stik yang panjangnya antara 10 hingga 30 cm untuk diekspor ke Turki.
"Diameter arang stik untuk shisa tidak boleh terlalu besar. Agar tidak patah, arang stik dikemas dalam kardus dengan kapasitas 30 hinga 35 kg per kardus saat dikirim ke Turki," katanya.
Meski kualitas arangnya mampu menembus pasar ekspor hingga ke Turki, Supriyanto mengaku masih terkendala pada jumlah produk yang diminta pemesan. Seperti misalnya saat pelanggan meminta pasokan arang lima ton, dirinya hanya mampu memenuhi sekitar empat kuintal.
"Yang pasti kendalanya dalam kemampuan produksi. Dengan empat karyawan dan tiga buah tungku untuk pengolah arang, kami tidak mampu memenuhi banyaknya permintaan dari pembeli," katanya.
Ia menjelaskan proses pembuatan arang stik jauh lebih sulit dibandingkan dengan pembuatan arang pada umumnya. "Perlu waktu sekitar satu bulan untuk mengumpulkan sisa-sisa limbah kayu di seputaran Kabupaten Kulon Progo, sebelum mulai membuat arang stik," katanya.
Supriyanto mengatakan shisha atau yang dikenal dengan sebutan rokok Arab, tidak sebagaimana umumnya rokok. Sebab, untuk menikmati shisha dibutuhkan tabung kaca yang diisi air dan tembakau yang dibakar dengan arang jenis stik.
Menghisap tembakau di pipa shisha ini sudah menjadi kebudayaan bangsa Arab dan beberapa bangsa lain di Timur Tengah. "Arang stik yang digunakan untuk mendapatkan sensasi asap dalam beragam aroma dari shisha tersebut, di antaranya diimpor dari Indonesia," katanya.