REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-–Badan Urusan Logistik (Bulog) akan terus melakukan operasi pasar (OP) hingga harga beras medium di pasaran dapat mencapai maksimum 10 persen di atas harga pembelian pemerintah (HPP), atau di kisaran Rp 5500 per kilogram. Awal tahun pemerintah menetapkan HPP sebesar Rp 5.060 per kilogram.
Direktur Utama Bulog, Sutarto Alimoeso, mengatakan harga beras sekarang yang terlalu tinggi dan memberatkan konsumen membuat Bulog menggelar OP di sejumlah wilayah untuk menekan harga beras yang menjulang dan di satu sisi agar pasar tidak mengalami kekurangan beras.
"Dengan OP yang dilakukan Bulog ini sudah mulai kelihatan ada penurunan beras sekarang menjadi Rp 6.000 per kilogram. OP akan terus dilakukan, yang penting masyarakat jangan sampai kesulitan memperoleh beras dan harga juga harus wajar," kata Sutarto kepada Republika, Selasa (30/11).
Ia memaparkan OP Bulog diantaranya telah dilakukan di Jabodetabek dengan memasukkan beras OP ke sekitar 270 kios. Di wilayah lainnya OP juga dilakukan di Bandung, Surabaya, Medan, Palembang.
Saat ini Bulog memiliki stok beras 900 ribu ton, termasuk didalamnya cadangan beras pemerintah 490 ribu ton. Sutarto memaparkan sekarang masih ada sekitar 300 ribu ton beras impor yang masih dalam perjalanan, sehingga total stok Bulog akan mencapai 1,2 juta ton. Untuk memenuhi stok 1,5 juta ton, Sutarto enggan menjelaskan lebih lanjut apakah nantinya Bulog akan melakukan impor lagi.
"Kita akan hitung-hitung lagi, hitung-hitung dulu berapa komersial yang diperoleh Bulog," tukasnya. Sebelumnya Bulog mengimpor 600 ribu ton beras dari Vietnam dan Thailand.