REPUBLIKA.CO.ID,BAMAKO - Presiden Libya, Moammar Qaddafi, mendapat “suntikan” tenaga untuk menghadapi massa oposisi anti pemerintah. Ribuan pemuda Afrika asal Mali dan Nigeria siap mendukungnya dalam sebuah kesatuan tempur yang disebut Legiun Islam.
Dukungan dari Legiun Islam mengingatkan pada kondisi Libya di tahun 1970-1980 di mana imigran Mali dan Niger membantu pasukan Qaddafi dalam menghadapi pergolakan. “Sebanyak 16 ribu pasukan akan bergabung dari etnis Tuareg (Mali dan Niger). Mereka akan berangkat ke Tripoli dan Sabha. Hingga kini, para sukarelawan terus berdatangan,” kata politisi Tuareg, Ibrahim Ag Mohamed Assaleh, di Mali.
Sebagian dari pasukan asal Tuareg kini telah berada di Libya untuk menghadapi masa anti-pemerintah. Seorang saksi mata menyebutkan para relawan asal Mali dan Niger terus menembaki para pengujuk rasa. Sebagian lain berhasil ditawan oleh tentara anti-pemerintah.
Pengamat Afrika asal Universitas Naples, Alessandro Triulzi mengatakan kehadiran Legiun Islam merupakan bentuk hutang budi sejumlah pemimpin Afrika pada Qaddafi. Selama ini, Qaddafi kerap membantu problem ekonomi di sejumlah negara Afrika. “Walau begitu, saya yakin mereka (pemimpin Afrika) tidak akan sampai mengirim pasukan resmi ke Libya,” ujar Triulizi.
Ahli Afrika Utara dari Universitas Georgetown, Paul Sullivan, mengatakan pasukan Legiun Islam Qaddafi tidak lebih merupakan tentara bayaran. Menurutnya, mayoritas masyarakat Afrika tidak ingin campur tangan dalam persoalan dalam negeri Libya. Menurut Sullivan, Qaddafi telah lama menggunakan tentara bayaran dan mendanai kelompok bersenjata di Afrika Barat.