REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM-- Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak, Kamis (3/3), mengatakan pemerintah Israel, yang didominasi kubu sayap-kanan, tidak benar-benar kondusif untuk mewujudkan kemajuan diplomatik dengan Palestina.
Dalam wawancara dengan stasiun televisi Israel, Channel 10, Barak mengatakan ia mengkhawatirkan apa yang ia sebut "tsunami yang mendekat", atau peningkatan tekanan internasional untuk tidak mensahkan Israel sehubungan dengan kebuntuan enam bulan dalam pembicaraan yang diperantarai AS dengan Palestina.
"Jika kita mau mempertahankan posisi kita di dunia, kita harus siap melancarkan gagasan dalam kancah diplomatik," kata Barak, pemimpin partai kecil Atzmaut, yang memisahkan diri dari partai kiri-tengah Buruh, tanpa menjelaskan langkah yang ia miliki.
Barak mengatakan pemerintah koalisi yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang kebanyakan terdiri atas tokoh sayap-kanan, tidak benar-benar kondusif untuk membuat kemajuan diplomatik. Ia merujuk kepada anggota ultra-nasionalis yang pro-pemukim Yahudi di kabinet Netanyahu.
Barak mengatakan ia khawatir Kuartet Timur Tengah --Amerika Serikat, PBB, Rusia dan Uni Eropa-- yang bertemu di Paris bulan ini, mungkin berusaha melakukan tekanan lagi atas Israel agar menembus kebuntuan.
Netanyahu menuduh Presiden Palestina Mahmoud Abbas "menolak dialog dengan Israel", sementara Abbas menyalahkan Israel atas penolakannya pada penghujung tahun lalu untuk memperbarui pembekuan pembangunan permukiman Yahudi di wilayah Tepi Barat Sungai Jordan, yang didudukinya.
Israel dan Palestina mencapai kesepakatan sementara pada 1993, yang memberi Palestina kekuasaan terbatas di wilayah pendudukan. Dalam perkembangan yang berkaitan, polisi Israel dilaporkan telah menangkap sebanyak dua lusin pemukim selama apa yang mereka sebut "hari kemurkaan" terhadap upaya pemindahan pos terdepan pemukim yang tidak sah awal pekan ini di wilayah pendudukan Tepi Barat.