PURWOKERTO--Meski telah menyumbang devisa negara yang cukup besar, namun perlindungan pemerintah terhadap buruh migran yang mengalami nasib buruk, dirasakan tidak optimal. Hal ini terungkap dari penjelasan beberapa buruh migran yang meminta pendampingan hukum di LBH PK (Perisai Kebenaran) Purwokerto, Kamis (29/4).
Siti Halimah (32), warga Desa Danasri Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap, menceritakan sebelum kembali ke Tanah Air, dia bekerja di Kuwait dengan masa kontrak 2 tahun. Namun ibarat budak, jerih payahnya bekerja di negara petrodolar tersebut sama sekali tidak mendapat bayaran gaji.
''Majikan saya di Kuwait tidak mau membayar gaji saya selama dua tahun. Meski sudah melaporkan masalah ini ke polisi dan KBRI di negara itu, gaji saya tetap tidak dibayar. Saya bisa pulang kembali ke Cilacap, setelah saya dikirimi uang dari suami di Tanah Air,'' ujarnya lirih.
Kisah pedih juga dialami Watini (29), warga Desa Karangsari Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap. Pada tahun 2007, dia bekerja di Singapura untuk yang kedua kalinya sebagai PRT. Namun majikan yang dia peroleh kali ini, ternyata bersikap kasar. Karena tak tahan terhadap perlakukan majikan, dia minta pihak perusahaan yang memberangkatkannya untuk dipulangkan ke Tanah Air.
Namun setelah kembali di Tanah Air, dia diminta membayar ganti rugi biaya pemberangkatan oleh pihak PJPTKI (Perusahaan Jasa Pengerah Tenaga Kerja Indonesia). Bahkan, sertifikat rumah miliknya disita perusahaan tersebut, dan baru akan diberikan bila ditebus dengan nilai Rp 8 juta.
Sunarto (48), warga Desa Karangsari Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap, punya kisah yang lebih menyedihkan lagi. Istrinya, sutilah, mulai bekerja di Malaysia sejak tahun 1996. Namun sudah 14 tahun ini, keberadaan istrinya itu tidak diketahui rimbanya.
''Terakhir tahun 1998, istri saya mengirimkan uang Rp 5 juta dengan harapan agar ada orang yang menjemputnya di Penang, Malaysia. Namun waktu saudara saya menjemput ke alamat yang diberikan, ternyata dia sudah tidak ada. Katanya, sudah pindah ke Johor. Sejak itu, saya tak tahu lagi kabarnya,'' kisahnya.