REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Eko Susilowasti, cucu Mbah Maridjan, terisak menangis saat disampaikan kepadanya bahwa kakeknya menjadi salah satu korban dalam erupsi Merapi, Selasa (26/10) selepas magrib.
Sebelumnya, ia berharap kakeknya itu selamat dalam musibah ini, seperti yang diberitakan sejumlah media massa online.
Eko, wanita yang mulai memasuki umur tiga puluh tahunan ini, tinggal di rumah sekitar 10 meteran di barat rumah Mbah Marijan di Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, sekitar 5-6 km dari Puncak Merapi.
''Selasa sore menjelang Magrib itu, sirene berbunyi. Saya dan suami beserta anak saya langsung pergi mengungsi ke Barak Umbulharjo, tanpa sempat lebih dulu menemui si Mbah,'' kata Eko saat ditemui di Barak Pengungsian, Rabu (27/10).
Sarwan, suami Eko, mengatakan, saat meninggalkan rumah, setahu dia Mbah Marijan masih berada di dalam rumahnya. ''Saya tak sempat pamit si Mbah karena terburu-buru,'' tuturnya.
Saat mendengar sirene tanda bahaya, kata Sarwan, ia langsung membawa istrinya dan anak perempuannya, Adit Aditya Setiowasti Eko Saputri, untuk mengungsi.
Menurut Sarwan, istrinya adalah salah seorang dari 11 cucu Mbah Maridjan. ''Istri saya sangat dekat dengan si Mbah, karena sejak umur dua tahun ikut si Mbah,'' tutur dia. ''Si Mbah sendiri punya lima putri dan dua putra.''
Mbah Maridjan (86 tahun) diberitakan ditemui telah meninggal di rumahnya, saat tim evakuasi menyisir juru kunci Merapi ini Selasa pagi. Jenazahnya sekitar pukul 06.00 WIB langsung dibawa dengan ambulans ke Rumah Sakit Dr Sarjito untuk diidentifikasi tim forensik.
Sebelumnya, Mbah Maridjan sempat diberitakan selamat, dengan mengutip pernyataan dari seorang petinggi TNI, yang turut melakukan evakuasi korban yang jatuh di Dusun Kinahrejo.
Senin siang lalu, sebelum Merapi menghembuskan awan panasnya, Mbah Maridjan mengatakan ia tak akan pergi mengungsi, walaupun ia tahu Merapi telah berstatus Awas. ''Saya kerasan di sini. Kalau saya pergi nanti warga kecele,'' tutur dia.
Mbah Maridjan sendiri mempersilakan bila warga ingin mengungsi, sesuai perintah pemerintah, karena memang pemerintahlah yang bertanggung jawab terhadap keselamatan warga.