Jumat 29 Apr 2011 14:37 WIB
Negara Islam Indonesia

UI tak Khawatir NII Rambah Kampus

Rep: C04/ Red: Didi Purwadi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Maraknya gerakan Negara Islam Indonesia (NII) yang disinyalir mulai merambah kampus tak membuat Universitas Indonesia (UI) khawatir. Devi Rahmawati, kepala Deputi Sekretariat Pimpinan UI, mengatakan hingga saat ini ia belum menjumpai atau mendapatkan laporan mengenai adanya gerakan NII di kampusnya.

Menurut Devi, banyaknya kegiatan aktif yang dilakukan oleh mahasiswa membuat peluang untuk mendapatkan ajaran ‘aneh’ itu sangat kecil. “Kegiatan mahasiswa sudah padat dari akademik maupun non akademik,” ujarnya. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa UI memiliki dosen pembimbing akademik yang memberikan bimbingan secara langsung pada mahasiswa seperti konsultasi dan sebagainya.

Nur Muhammad, kepala Kementrian Agama (Kemenag) kota Depok, juga mengatakan hal serupa. Menurutnya, hingga saat ini ia belum mendapatkan laporan adanya korban NII dari masyarakat Depok. Walaupun begitu, untuk mencegah adanya korban, ia sudah menginstruksikan kepada kepala KUA dan penyuluh untuk mendata aktifitas keagamaan di  masyarakat.

“Meski belum ada laporan, kita tetap waspada terhadap semua gerakan radikalisme dan NII,” ujarnya.

Burhanuddin Marzuki, ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (Pengcab NU), menyarankan agar orangtua mulai waspada terhadap pendidikan anaknya, khususnya yang sedang duduk di bangku kuliah. Menurutnya, tidak menutup kemungkinan NII juga akan masuk ke universitas di wilayah Depok.

Ia juga menghimbau agar masyarakat umum juga segera melaporkan pada ulama setempat jika menjumpai pengajian agama yang dicurigai. “Kalau ada pengajian yang dicurigai, lapor saja kepada ulama atau pihak yang berwajib,” ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement