Senin 25 Jul 2011 16:30 WIB

Kisah Korban Hidup Penembakan Norwegia (2): Helene Bersembunyi Satu Jam dalam Air, dan Tonton Temannya Dieksekusi

Anders Behring Breivik
Anders Behring Breivik

REPUBLIKA.CO.ID, OSLO - "Hanya seorang maniak yang tega berbuat demikian," kata Helene Kaltenborn, 20 tahun, salah seorang korban selamat dalam penembakan di Pulau Utoya, Norwegia. Pelakunya, Anders Behring Breivik telah diamankan. Dia terang-terangan mengaku membenci kaum imigran dan Muslim.

Helene berada di Pulau Utoya untuk berlibur. Bersama ratusan pemuda lain, mereka tinggal di kemah-kemah melewatkan muslim panas.

Tanpa diduga sebelumnya, setelah meledakkan bom di dua gedung pemerintahan, Breivik berlayar ke pulau tempat Helene berlibur.

Bersenjata senapan otomatis yang dia lisensi untuk berburu rusa dan Elks di hutan sekitar ladangnya, ia berangkat ke pulau itu.Ia menyamar sebagai polisi dan menyeberang menggunakan feri,  sekitar 700 meter dari daratan. Di pulau itu, ia mengklaim punya beberapa informasi penting untuk disampaikan tentang ledakan Oslo.

Pada sekitar pukul 17.00, para pemuda yang berkemah dan staf kamp dipanggil ke aula untuk pertemuan tentang bom.

Saat puluhan orang memadati lorong itulah, ia mulai menembaki mereka. "Mereka mulai berjatuhan seperti kartu domino, sementara yang lain menyelamatkan diri," kata beberapa saksi mata.

Ketika Helene, 20 tahun, mendengar tembakan pertama, dia tidak menyangka sesuatu yang buruk tengah dimulai. "Saya pikir, seorang tengah bermain lelucon."

Untunglah ia segera sadar, sesuatu yang buruk tengah terjadi. Ia berlari menyelamatkan diri. Kehilangan sepatu dalam proses itu, dia melompati beberapa teman-temannya yang pakaiannya basah kuyup oleh darah. Seorang pria telah ditembak di kedua kaki dan menggeliat di rumput.

Akhirnya dia dan beberapa teman berlindung pada celah sempit dan berlumpur. Ketika dia dan beberapa orang meringkuk di sana, sosok dalam pakaian gelap berjalan di atas mereka. "Sedikit saja dia melihat ke bawah, maka habislah kami," katanya.

Helene terus menahan napas dan berdoa, dan 'orang gila' itu berlalu.

"Ketika dia pergi aku sedang mempertimbangkan berenang ke daratan, tapi tampak terlalu jauh dan airnya terlalu dingin," katanya. "Jadi kami berusaha mencari tempat persembunyian yang lebih baik."

"Kami naik ke dalam teluk dan tinggal di sana, dengan pinggang kami dalam air, selama sekitar satu jam. Sepanjang waktu kamibisa mendengar tembakan dan orang-orang berteriak. Lalu, akhirnya, sebuah perahu datang dan menjemput kami." (Bersambung)

sumber : Daily Mail
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement