REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuding Presiden Palestina Mahmud Abbas telah memilih 'meninggalkan jalur perdamaian' jika ia melaksanakan perjanjian rekonsiliasi dengan Hamas yang ditandatangani Senin (6/2) kemarin.
Netanyahu menyampaikan peringatan itu tak lama setelah Abbas dan pemimpin Hamas Khaled Meshaal menandatangani perjanjian tersebut di Qatar, yang menetapkan presiden Palestina tersebut sebagai kepala pemerintah sementara yang akan mempersiapkan pemilihan umum tahun ini.
"Jika Abu Mazen (Abbas) melaksanakan apa yang ditandangani di Doha, ia memilih meninggalkan jalur perdamaian dan menyatukan dirinya dengan Hamas," kata Netanyahu pada pertemuan para menteri partai Likud kubunya.
Perjanjian Doha itu dicapai ketika kelompok-kelompok yang bersaing, Hamas dan Fatah, berusaha melaksanakan sebuah perjanjian rekonsiliasi yang ditandatangani pada Mei yang menetapkan pembentukan pemerintah sementara dan pemilihan umum dalam waktu setahun.
Israel mempertegas sikapnya menentang perjanjian itu dengan memperingatkan, Abbas tidak bisa rujuk dengan gerakan Hamas yang menguasai Gaza sambil melakukan perundingan dengan Israel.
"Saya telah mengatakan beberapa kali di masa silam bahwa pemerintah Palestina (yang dipimpin Abbas) harus memilih antara persekutuan dengan Hamas atau perdamaian dengan Israel. Hamas dan perdamaian tidak akan bisa bersama-sama," kata Netanyahu, Senin (6/2).
Hamas dan Fatah menandatangani sebuah perjanjian rekonsiliasi antara kedua pihak pada Mei 2011 namun hingga kini belum melaksanakannya. Perjanjian itu menetapkan pembentukan pemerintah sementara dari kalangan independen yang akan mempersiapkan pemilihan umum dalam waktu setahun.
Namun, perjanjian itu tidak pernah dilaksanakan dan kedua pihak mempermasalahkan susunan pemerintah sementara dan siapa yang akan memimpinnya.
Kubu Abbas yang berkuasa di Tepi Barat mengusulkan pemilu pada Januari untuk mengatasi masalah itu.Terakhir kali rakyat Palestina memberikan suara adalah dalam pemilihan umum parlemen pada 2006, dimana Hamas mencapai kemenangan besar.