REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD - Ilmuwan terakhir Irak yang terlibat dalam program senjata penghancur massal era Saddam Hussein akan dibebaskan, kata Deputi Menteri Kehakiman Busho Ibrahim kepada AFP, Minggu.
"Pihak berwenang pengadilan telah memutuskan membebaskan Mahmud Faraj Bilal al-Samarrai," katanya.
Badie Aref, pengacara Samarrai, mengatakan kliennya adalah "ilmuwan terakhir yang masih ditahan, dimana (ilmuwan) yang lain sudah terlebih dahulu dibebaskan."
Dalam sebuah surat yang dilayangkan ke agensi kemanan Amerika, Central Intelligence Agency (CIA) pada 2006, mantan kepala riset dan pengembangan di kementrian industri militer itu menyerahkan diri ke CIA pada 2 Maret 2003, kata Aref.
Tentara pimpinan AS membombardir Irak pada 20 Maret tahun itu dan menjajahnya. Alasan dibalik penyerangan adalah Presiden Saddam sedang membangun senjata penghacur masal.
"Saya mengaku bekerja dalam program senjata kimia, yang mempekerjakan seribu orang lain. Mereka semua bebas, pensiun, menemukan pekerjaan baru atau hijrah ke luar negeri - semua kecuali saya yang masih lesu di penjara," seperti dikutip dari surat tersebut.
Samarrai berkata atasannya, Jendral Faez Abdullah Shahin, tidak pernah dipenjara dan penasihat ilmiah Saddam, Jendral Hammudi al Saadi dibebaskan pada 2005, begitu juga menteri industri militer Abdel Tawab Mullah Hawaish.