REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Setelah berbulan-bulan berunding dengan pemerintah Suriah, tim investigasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akhirnya diperbolehkan untuk mengunjungi Suriah.
Tim itu direncanakan memasuki Suriah Ahad (18/8) untuk mengusut tudingan penggunaan senjata kimia dalam perang sipil yang terjadi. Tim yang terdiri atas ahli persenjataan dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia itu akan menyelidiki penggunaan gas sarin dan zat-zat toksin lainnya.
Sekjen PBB, Ban Ki-moon, Rabu (14/8), memaparkan detil perjalanan itu telah disampaikan kepada Pemerintah Suriah. Secara resmi, Jumat (16/8), PBB menyatakan tim investigasi akan berada di Suriah pada Ahad dan segera melakukan tugasnya jika kondisi keamanan mendukung.
Diplomat di Suriah juga telah mengatur jadwal tim tersebut. Namun muncul keraguan di antara para diplomat dan para ahli bahwa tim itu akan sukses mengungkap penggunaan senjata kimia mengingat kejadiannya telah berlangsung berbulan-bulan lalu.
Mereka akan mengunjungi tiga lokasi, termasuk Khan al-Assal di Aleppo. Di lokasi itu pemerintah Suriah mengatakan oposisi menggunakan senjata kimia dalam pertempuran Maret lalu. Dua lokasi lain yang berencana diinvestigasi masih belum diketahui dan mungkin terlalu berbahaya.
Pemerintah Suriah dan oposisi saling menuding penggunaan senjata kimia selama dua tahun konflik berlansung. Seiring tuduhan itu pula, masing-masing pihak membantahnya. Sejauh ini, tim investigasi PBB hanya akan memastikan kebenaran penggunaan senjata kimia, belum merujuk pada penggunanya.
Dalam laporan yang dilansir Al Jazeera, tim yang dipimpin Pakar Persenjataan Swedia, Ake Sellstroem, akan berada di Suriah setidaknya selama dua pekan. Selain organisasi pelarangan senjata kimia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga dillibatkan dalam tim gabungan itu.
Oposisi Suriah mengatakan para investigator dapat secara penuh mengakses semua lokasi yang berada di bawah kendali mereka yang diduga menjadi lokasi penggunaan senjata kimia.
Pemerintahan Presiden Bashar al-Assad telah meminta PBB untuk melakukan investigasi pada serangan oposisi di Khan al-Assal dekat Aleppo pada 19 Maret. Sementara 13 Juni lalu, Amerika Serikat (AS) mengatakan menemukan bukti penggunaan senjata kimia oleh tentara pembela Bashar al-Assad.
Perwakilan PBB untuk Timur Tengah Robert Serry bulan lalu menyampaikan pada DK PBB telah menerima 13 laporan penggunaan senjata kimia selam konflik Suriah. Konflik yang telah terjadi selama dua tahun itu telah menewaskan hampir 100 ribu orang berdasarkan data PBB.