REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia menuduh negara barat mencoba mengeksploitasi kesepakatan senjata kimia dengan Suriah untuk menekan resolusi PBB agar menggunakan pasukan militer melawan Presiden Bashar al-Assad. Pemerintahan Assad telah memenuhi kesepakatan untuk mengumpulkan data senjata kimia kepada pengawas.
Namun, kekuatan utama di Dewan Keamanan PBB tidak setuju dengan penyelesaian masalah senjata kimia Suriah. AS, Prancis, dan Inggris ingin resolusi PBB yang bisa memberi sanksi atau intervensi militer jika Damaskus mengingkari komitmennya.
Rusia, bersama Cina memblokir tiga draf resolusi mengenai Suriah sejak pemberontakan melawan Assad pada 2011. Mereka melawan ancaman negara Barat yang ingin menggunakan kekuatan melawan Suriah, negara yang terus didukung senjata oleh Rusia.
"Mereka melihat dalam kesepakatan AS-Rusia bukan merupakan kesempatan untuk mengamankan bumi dari senjata kimia di Suriah yang jumlahnya signifikan, tapi sebagai kesempatan melakukan apa yang Rusia dan Cina tidak izinkan, ...menggunakan resolusi untuk memaksakan pasukan melawan rezim dan mempersenjatai oposisi," terang Menlu Rusia, Sergei Lavrov dikutip Al-Jazeera, edisi Ahad (22/9).
Lavrov menambahkan, Rusia siap mengirim pasukannya untuk meyakinkan keamanan inspektur senjata kimia PBB. "Kehadiran internasional dibutuhkan di wilayah di mana para ahli akan bekerja. Kami mau mengirimkan pasukan dan polisi militer untuk berpartisipasi," ujarnya.