Rabu 20 Nov 2013 19:23 WIB

Pengamat: Pernyataan PM Australia Multitafsir

Tony Abbot
Foto: EPA/Daniel Munoz
Tony Abbot

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah menilai pernyataan penyesalan dari Perdana Menteri Australia Tony Abbott terkait penyadapan seperti dikutip Radio Australia bersifat multitafsir sehingga perlu dijelaskan lebih lanjut.

"Dengan menghargai keputusan Perdana Menteri Abbott ini, dapat diberikan tanggapan kritis atas naskah yang dibuat Radio Australia terutama pada paragraf pertama. Penulisan pada paragraf pertama dapat ditafsirkan secara berbeda, atau multitafsir adanya," kata Teuku Rezasyah melalui pesan elektronik yang diterima di Jakarta, Rabu.

Reza menjelaskan dalam paragraf pertama pemberitaan penyesalan Abbott yang dilansir Radio Australia bertuliskan "Prime Minister Tony Abbott says he 'deeply and sincerely' regrets the embarrassment and hurt that the Australian spying scandal has caused the Indonesian president."

Menurut dia, kata 'deeply and sincerely', yang dapat diterjemahkan sebagai `mendalam dan tulus' tersebut, adalah baik adanya. Namun karena menggunakan tanda petik, berpotensi mengundang penafsiran yang berbeda dari kedua pemerintah.

"Dalam hal ini, hakikat makna dari penggunaan tanda petik hanya dapat dimengerti oleh pemerintah Australia sendiri. Guna menghindari salah pengertian di masa depan, masih dibutuhkan penjelasan lebih lanjut dari pemerintah Australia," kata dia.

Selain itu dia menilai penggunaan kata "has caused the Indonesian president" pada kalimat yang sama juga mengandung penafsiran lain, di mana rasa malu dan kegundahan Perdana Menteri Abbott atas skandal spionase yang dilakukan Australia tersebut seolah-olah hanya terjadi karena praktik tersebut telah menyudutkan Presiden Indonesia.

"Pemerintah Australia seakan secara tidak langsung masih membenarkan aksi spionase yang telah dilakukan, sepanjang tidak menyudutkan Presiden Indonesia. Oleh karena itu perlu penjelasan lebih lanjut yang intinya pemerintah Australia tidak akan lagi melakukan praktik penyadapan atas pemerintah dan rakyat Indonesia," ujar dia.

Meskipun demikian secara pribadi Reza menyambut baik keputusan yang diambil Perdana Menteri Tony Abbott hari ini. Keputusan itu diharapkan dapat memperbaiki hubungan bilateral kedua negara.

Dia memperkirakan keputusan Perdana Menteri Australia tersebut diambil setelah mengamati ketegasan pemerintah Republik Indonesia yang dilakukan pada hari ini, untuk meninjau ulang pertukaran data intelijen, kerja sama militer dalam bentuk latihan dan operasi, kerjasama urusan penyelundupan manusia, serta kerja sama Kepolisian dan Imigrasi.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement