REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Senior Founding Fathers House Dian Permata menilai sikap Gita Wirjawan yang mundur jadi jabatannya sebagai Menteri Perdagangan untuk fokus mengikuti konvensi calon presiden bisa menstimulasi apatisme publik.
"Biasanya perilaku elite yang tidak mempertontonkan sikap baik, santun, bijak dalam jabatannya itu bisa menstimulasi orang untuk apatis. Yang dilakukan Gita juga bukanlah perilaku yang baik," kata Dian saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (1/2).
Jika apatisme publik terus meningkat seiring banyaknya elite politik yang bersikap buruk, bukan tidak mungkin tingkat partisipasi pemilih dalam Pemilu nanti akan ikut turun.
Sikap Gita untuk mundur dinilai hanya untuk memuaskan para elite politik. Namun, di sisi lain, publik tentu akan melihat sikap itu sebagai perilaku yang menimbulkan citra buruk.
"Pada akhirnya publik juga yang menilai, publik akan melihat dia lari dari tanggung jawab seorang menteri demi menjadi presiden. Nanti orang akan berpikir lagi, jangan-jangan nanti sudah jadi presiden mundur juga di tengah jalan," katanya.
Menurut Dian, publik tentu akan lebih menerima pengunduran diri Gita jika itu dilakukan atas kesadaran telah gagal dalam tugasnya sebagai Mendag.
"Andai saat ramai soal impor kedelai itu dia mundur karena merasa tidak mampu menangani, tentu publik bisa menerima dengan lapang dada. Tapi kalau dengan perilaku ini, persepsi publik terhadap dia tentu akan semakin buruk," katanya.
Dian menambahkan, pengunduran diri Gita demi mengikuti konvensi calon presiden Partai Demokrat saat ini sangat terlambat. Terlebih karena belum ada prestasi yang bisa diciptakan mantan Kepala BKPM itu.
"Ini justru membuat citra dia dan Demokrat jadi jelek. harusnya ada prestasi kerja, jangan tiba-tiba tinggalkan pemerintahan begitu saja," katanya.