REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya Zayin Chudlori mengungkapkan pekerja seks komersial (PSK) di daerah itu yang hendak tobat, di antaranya di lokalisasi Dolly dan Jarak kerap mengalami intimidasi.
"Mereka yang terintimidasi ketakutan, tapi sebenarnya mereka ingin tobat. Tapi kami sudah koordinasi dengan polsek setempat untuk melakukan pengamanan," katanya pada acara penyerahan bantuan kepada mantan wanita pengukuhan lokalisasi dan pengukuhan relawan pendamping di kantor PDM Surabaya, Ahad (8/6).
Menurut dia, intimidasi berupa ancaman datang dari mucikari dan oknum yang diuntungkan dengan keberadaan lokalisasi. Memang hal itu bukan kekerasan fisik, tapi ancaman itu cukup ampuh untuk menghalangi niat baik para PSK.
Disinggung rencana penutupan Dolly dan Jarak pada 18 Juni mendatang, Zayin mendukung penuh upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Menurutnya, Surabaya sudah sepantasnya menjadi kota bebas prostitusi. Pro dan kontra, kata dia, merupakan hal biasa. Namun, warga Surabaya secara umum menginginkan kotanya bersih dari sarang maksiat.
"Wajarlah ada yang mendukung ada yang menolak, kan ada yang merasa dirugikan mungkin," ujarnya.
PDM Surabaya memberikan bantuan berupa alat-alat kebutuhan berdagang atau membuka usaha. Seperti mesin cuci sebanyak tiga unit, pompa air, dan setrika. Alat ini diberikan kepada mereka yang ingin buka usaha laundry. Selain itu ada juga gerobak dorong sejumlah sembilan unit. Tabungan Bank Niaga Syariah senilai Rp400 ribu. Bantuan tersebut diberikan kepada 12 warga binaan di lokalisasi Dolly dan Jarak kelurahan Putat Jaya.
Pembinaan tersebut berupa penanaman nilai-nilai agama, bantuan sosial dan usaha. Tujuannya, mereka meninggalkan pekerjaannya sebagai wanita tuna susila. "Kita terjunkan 25 relawan di sana (Dolly dan Jarak) untuk melakukan pembinaan," katanya.
Ketua tim relawan Arif menambahkan pembinaan bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan para PSK dan masa depan anak-anaknya. Dia berharap, mereka memiliki kehidupan yang layak dan mendapatkan ekonomi dari sumber yang halal. "Mereka dibina, sembunyi-sembunyi karena takut diancam," ucapnya.
Upaya penyadaran itu dilkaukan sejak Oktober 2013. Semula anggota yang dibina hanya berjumlah 10 orang. Saat ini bertambah menjadi 18 orang. "Yang masih menjadi PSK aktif lima, mantan PSK dua, sisanya warga terdampak. Perhatiannya memang warga terdampak," katanya.