REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini membocorkan sedikit informasi mengenai rencana perubahan wajah kawasan lokalisasi Dolly yang dijadwalkan ditutup dari aktivitas pekerja seks komersial (PSK) yakni akan dibangun sebuah gedung enam lantai.
"Lantai dasar bakal difungsikan sebagai sentra PKL, lantai dua untuk usaha makanan kering, lantai tiga dan empat khusus untuk perpustakaan dan komputer," kata Wali Kota Tri Rismaharini saat berdiskusi dengan Komnas HAM di Balai Kota Surabaya, Jumat (13/6).
Sedangkan lantai lima, lanjut dia, akan digunakan untuk taman bermain anak-anak serta lantai enam untuk balai RW.
"Gedung itu dilengkapi dengan lift. Anggaran yang disiapkan sebesar Rp9 miliar," katanya.
Selain itu, lanjut dia, pemkot juga akan membangun sarana penunjang lain seperti arena olahraga dan perdagangan.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Pemkot Surabaya Supomo mengatakan pemerintah kota mengucurkan anggaran sebesar Rp28 miliar untuk penyediaan lapangan pekerjaan bagi warga yang terkena dampak penutupan lokalisasi Dolly pada 18 Juni mendatang.
Selain itu, kata dia, pemkot juga mengucurkan Rp16 miliar untuk tempat pelatihan, balai RW, pendidikan anak usia dini (PAUD) serta sarana olahraga. "Niatan pemkot ini adalah untuk kebaikan warga," kata Supomo. Menurut dia, keseriusan pemkot dapat dilihat pada kondisi eks-lokalisasi seperti Dupak Bangunsari, Tambakasri, Sememi dan Klakahrejo. Di empat wilayah tersebut kondisinya saat ini sudah berubah jauh lebih baik.
Sementara dari sisi kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya Febria Rachmanita melaporkan bahwa dari pendataan mulai 2012 hingga 2014 tercatat sudah ada 215 PSK di Dolly dan Jarak yang positif mengidap HIV/AIDS.
Angka tersebut mengalami peningkatan dari data sebelumnya yakni sebanyak 168 PSK pengidap HIV/AIDS.
Artinya, ada atau tidak adanya lokalisasi, penyebaran virus HIV/AIDS tetap mengalami peningkatan karena terjadinya aktivitas seksual. Sehingga, lokalisasi menjadi kawasan yang rentan penyebaran virus mematikan tersebut. Soal asumsi bahwa penyebaran HIV/AIDS akan semakin parah jika tidak ada lokalisasi, Febria menyatakan pihaknya sudah memiliki program-program khusus penanggulangan HIV/AIDS.
"Kami sudah siapkan skema penanggulangannya," katanya.