Jumat 26 Dec 2014 03:35 WIB

Duit Lebih Rp 230 Triliun akan Dihabiskan dalam Setahun

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Joko Sadewo
Petugas menata tumpukan uang rupiah. (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petugas menata tumpukan uang rupiah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pemerintah memiliki tambahan dana sebesar Rp 230 triliun dalam Rancangan APBN Perubahan 2015. Tambahan ruang fiskal itu didapat dari pengurangan subsidi BBM, penurunan harga minyak dunia, serta peningkatan target penerimaan pajak.

Deputi Bidang Fiskal dan Moneter Kementerian Koordinator Perekonomian Bobby Hamzar Rafinus mengatakan, pemerintah  menginginkan dana sebanyak itu bisa diserap sepenuhnya pada tahun anggaran 2015. "Harapannya seperti itu. Bisa dipakai semuanya tahun depan," kata Bobby ketika dihubungi Republika Online (ROL), Kamis (25/12).

Meski begitu, Bobby menyadari bahwa ada kemungkinan dana tersebut tidak bisa terserap seluruhnya. Pasalnya, ada beberapa proyek yang pembangunannya membutuhkan waktu lebih dari satu tahun. "Kayak pembangunan waduk besar, rel kereta api, kan itu proyek multi years. Tidak cukup hanya setahun," ujarnya.

Dia mengatakan pemerintah akan langsung menggunakan dana Rp 230 triliun tersebut setelah RAPBNP 2015 disahkan oleh DPR.  Pemerintah direncanakan mulai mengajukan RAPBNP pada pekan kedua Januari 2015. Dia berharap, APBN Perubahan 2015 bisa disahkan pada awal Maret.

Bobby menambahkan dari semua kementerian, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) akan mendapat alokasi anggaran paling besar dari tambahan ruang fiskal. Kemudian diikuti dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pertanian. Namun, Bobby belum bisa menyebut berapa besaran angkanya.  "Ketiga kementerian itu dapat anggaran paling banyak karena memang pemerintah fokus membangun infrastruktur dan ketahanan pangan," dia menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement