Selasa 13 Jan 2015 21:04 WIB

Kasus Budi Gunawan Harus Gunakan Praduga Bersalah

Rep: C70/ Red: Ilham
 Calon Kapolri Komjen Budi Gunawan melambaikan tangan kepada media usai melakukan pertemuan dengan DPR dikediamannya, Jakarta, Selasa (13/1).  (Republika/Tahta Aidilla)
Calon Kapolri Komjen Budi Gunawan melambaikan tangan kepada media usai melakukan pertemuan dengan DPR dikediamannya, Jakarta, Selasa (13/1). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pengamat hukum dari Universitas Andalas (Unand), Feri Amsari menilai, tidak semua orang politik memahami azas hukum. Hal itu terlihat dari reaksi politikus tentang kasus yang menjerat calon Kapolri Komjen Budi Gunawan.

“Mereka tak memahami dibalik azas praduga tak bersalah, ada azas praduga bersalah,” kata Feri kepada Republika, Selasa (13/1).

Sebelumnya, fraksi PDI Perjunagn DPR ngotot melanjutkan uji kelayakan dan kepatutan terhadap Budi Gunawan sebagai calon Kapolri. Padahal KPK telah menetapkan Budi sebagai tersangka kasus rekening gendut.

Menurut Feri, DPR harus menegakkan azas praduga bersalah dalam proses seleksi pejabat negara, apalagi proses seleksi pimpinan penegakan hukum. “Jadi hati-hati terhadap orang yang masih terlibat dalam perkara hukum tertentu," katanya.

Menurutnya, adanya keinginan terkait uji kelayakan menunjukan kiblat PDI Perjungan saat ini masih berada di pimpinan partai. Seharusnya, PDIP mempertimbangkan presiden mereka untuk mencabut calon yang dianjurkannya kepada DPR.

“Kembali kepada jalur berpikir hukum, orangnya ditentukan sebagai tersangka tentu sudah ada dua alat bukti atau lebih," katanya. Menurut dia, asumsi bahwa penetapan Budi sebagai tersangka merupakan unsur politik tidak akan berlaku. "Karena itu sekedar asumsi."

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement