REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Duta Besar RI untuk Suriah, Djoko Harjanto mengatakan salah satu upaya membangun hubungan diplomatik dengan negara Suriah dengan jalan membuka jalur wisata ke negara yang dikenal dengan nama negeri Syam itu.
“Di Suriah saya bertemu dengan Menteri Pariwasata dan membicarakan kerjasama wisata,” ujar Djoko di Jakarta beberapa waktu lalu.
Djoko berkata, apabila Warga Negara Indonesia (WNI) ingin berkunjung ke Suriah untuk melakukan wisata akan dibantu penuh oleh perwakilan RI di Suriah. Karena, sambung Djoko, Suriah merupakan salah satu pusat peradaban dunia, karena bukan hanya peninggalan islam saja yang ada di Suriah.
"Banyak sekali peninggalan Islam di sana untuk menjadi pembelajaran," ucapnya.
Djoko pun menawarkan bagi wisatawan yang memang ingin melakukan perjalanan ke Suriah bisa melalui negara Libanon. “Nanti akan kita bantu secara bersinergi, tapi ini yang mau wisata loh ya, bukan yang mau gabung ISIS, “ tambahnya.
Menanggapi akan rencana kerjasama wisata Suriah dan RI, penasihat pada The Indonesian Society for Middle East Studies, Smith Alhadar mengatakan bahwa Suriah memang tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi bila dalam kondisi yang aman. Karena, Suriah merupakan tempat peradaban paling awal dan merupakan khilafah pertama.
“Suriah dengan Damaskus merupakan khilafah islam pertama selama 75 tahun, di sana juga banyak objek pra Romawi romawi timur, sangat banyak situs sejarahnya,” kata Smith.
Suriah, lanjut Smith, sangat berbeda dengan Arab Saudi. Bila di Saudi wisatawan datang untuk fokus beribadah, situs sejarah di Saudi pun banyak yang tidak dirawat dan dikemas untuk menarik wisatawan.
“Seperti rumah rasul, atau tempat lainnya, banyak yang dibiarkan saja, padahal bagus bila dikemas untuk menarik wisatawan,” tandasnya.