REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) Ari Nurcahyo mengingatkan publik agar tidak melupakan pengusaha Muhammad Riza Chalid terkait kasus perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia yang mencatut nama presiden dan wakil presiden.
"Mundurnya Setya Novanto kan atas desakan publik tetapi publik juga jangan lupa pemain besarnya yang mungkin salah satunya Riza Chalid. Bahkan MKD pun tidak mampu mendatangkannya," kata Ari saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (18/12).
Menurut Ari, bisnis pertambangan PT Freepot Indonesia sangat besar dan di belakangnya kemungkinan ada pemain-pemain besar.
"Banyak pemain-pemain besar dalam politik "papa minta saham". Riza mungkin dihubung-hubungkan dengan mafia. Mafia itu bukan hanya satu aktor saja tetapi banyak aktor-aktor lainnya karena mereka melakukan persekongkolan," katanya.
Sebelumnya, Setya Novanto menuliskan surat pengunduran dirinya sebagai Ketua DPR kepada Pimpinan DPR.
Dalam surat itu disebutkan bahwa sehubungan dengan penanganan dugaan pelanggaran etika yang ditangani di DPR RI, untuk menjaga martabat dan untuk menciptakan ketenangan masyarakat, dengan ini saya mengundurkan diri dari Ketua DPR RI. (Baca: Kejakgung Buka Kemungkinan Mabes Polri Uji Rekaman 'Papa Minta Saham')
Surat yang ditandatanganinya di atas meterai tersebut ditembuskan kepada pimpinan Majelis Kehormatan Dewan (MKD) tertanggal 16 Desember 2015.
Namun, Partai Golkar tetap memberikan posisi kepada Setya Novanto sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar sedangkan untuk posisi Ketua DPR RI, Partai Golkar menunjuk Ade Komaruddin.