REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah dilakukan proses autopsi terhadap jasad Wayan Mirna Salimin (27), Ahad dini hari kemarin (10/1), disebutkan lambung Mirna berdarah.
"Setelah diautopsi, ada pendarahan dalam lambung," ujar Kepala Bidang kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya, Kombes Musyafaq, kepada Republika.co.id, Senin (11/1).
Ia berujar, lambung Mirna (27) berdarah diakibatkan oleh senyawa zat korosif yang keras dan pekat sehingga zat tersebut merusak jaringan lambungnya.
Ia juga mengatakan, salah satu yang menyebabkan lambung korban berdarah adalah asam sianida dan zat lainnya yang memiliki sifat asam sangat kuat sehingga mampu melukai lambung.
Namun, saat ditanya tentang tewasnya Mirna lantaran meminum kopi yang mengandung Sianida, Musyafaq membantah. "Saya rasa tidak ya kalau kopi. Kopi memang bisa mengganggu lambung bagi penderita mag, tapi itu pun tidak menyebabkan kematian," ujar dia.
Saat ditanya kembali tentang ada yang menambahkan zat yang sangat keras ke dalam kopi, Musyafaq mengatakan, dia belum bisa menarik kesimpulan tersebut. Pasalnya, hasil pemeriksaan terhadap isi kopi belum keluar dari pusat laboratorium.
Dengan begitu, kata dia, yang bisa dilakukannya saat ini yaitu mengambil sampel lambung dan hati Mirna. Sampel tersebut kemudian akan dicocokkan dengan isi kopi yang masih menunggu hasil puslabfor.
Wayan Mirna Salimin (27) tewas setelah menyeruput es kopi vietnam di salah satu kafe di Grand Indonesia pada Rabu (6/1) sekitar pukul 16.00 WIB. Mirna tidak sendirian, dia janjian bertemu dan meminum kopi bersama kedua temannya, yaitu Siska dan Hani.
Mirna yang kejang-kejang setelah minum kopi langsung dibawa ke klinik GI. Selanjutnya, Mirna dibawa ke Rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat, tapi tidak terselamatkan.