REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA --- Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) ternyata juga telah menyebar luas di Jawa Timur. Terlebih, setelah hilangnya warga Surabaya dan Mojokerto yang diduga pergi mengikuti aliran tersebut. Misteri hilangnya warga itu pun tengah diselidiki Kepolisian Daerah Jawa Timur.
Kendati demikian, Kapolda Jatim Irjen pol Anton Setiadji mengatakan, belum bisa memastikan apakah hilangnya warga Surabaya dan Mojokerto itu terkait dengan keikutsertaan bergabung dalam jaringan Gafatar.
"Terkait warga yang hilang itu, kita masih melakukan penyelidikan. Tapi, kan belum bisa dikatakan terkait Gafatar atau tidak. Sekarang yang terpenting warga tidak resah," kata Anton Setiadji di Mapolda Jatim, Selasa (12/1).
Dari informasi yang berhasil dihimpun Republika.co.id, diketahui Eri Indra Kausar telah meninggalkan rumahnya di Jalan Suripto, No 26, Kenjeran, Surabaya, sejak empat bulan lalu. Dia sempat memberi kabar melalui pesan singkat kepada keluarganya.
Sementara itu, Mujiutomo, warga Kecamatan Puri, Mojokerto, justru terang-terangan meminta izin kepada pemerintah setempat untuk mengurus surat kepindahan kependudukan ke Kalimantan.
Hal tersebut terjadi dua tahun lalu di mana Mujiutomo mengaku pergi ke Desa Sejegi, Kecamatan Mempawah Timur, Pontianak, Kalimantan Barat, untuk ikut bergabung dengan Gafatar. Anton menyebut, Gafatar merupakan salah satu aliran sempalan radikal.
Kendati demikian, ia telah memerintahkan jajarannya, terutama kepolisian resor agar melakukan antisipasi agar tidak adanya lagi warga yang hilang misterius. Selain itu, dia juga mengatakan, akan menyelidiki kantor kesekretariatan Gafatar yang ada di Wonokromo.
"Gerakan ini sudah diselidiki merupakan sempalan dari yang lainnya, intinya sama masalah radikal. Kami juga akan melakukan pengecekan (kantor Gafatar) perizinannya dan semuanya. Tapi, gerakan ini belum menyebar menyeluruh di Jawa Timur," tuturnya.