Jumat 29 Jan 2016 22:12 WIB

Mantan Gafatar Akui Mereka ke Kalimantan Karena Mahful Manurung

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Andi Nur Aminah
Anak-anak pengungsi eks-Gafatar bermain di Gedung Pusat Olahraga Persahabatan Korea Indonesia (POPKI), Cibubur, Jakarta Timur, Jumat (29/1).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Anak-anak pengungsi eks-Gafatar bermain di Gedung Pusat Olahraga Persahabatan Korea Indonesia (POPKI), Cibubur, Jakarta Timur, Jumat (29/1).

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Salah seorang eks anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), Ubay asal Banten mengatakan, memilih Kalimantan Barat (Kalbar) sebagai tempat bertani karena dinilai cocok. Tujuannya ke Kalbar tidak lain hanya untuk bertani.

Menurut Ubay, banyaknya mantan Gafatar memilih Kalbar sebagai lokasi bertani atas sumbangan pemikiran mantan ketua Gafatar Mahful Manurung. Sebelum Gafatar dibubarkan, Ubay mengatakan Mahful memberikan pandangan tersebut. "Bukan menyuruh kamu harus ke Kalimantan, enggak, cuma memberi pandangan," ujar Ubay kepada Republika.co.id, di Bekangdam XII Tanjungpura, Jumat (29/1).

Pemikiran tentang pertanian, Ubay dapatkan dari organisasi Gafatar. Di dalam Gafatar sendiri, lanjutnya, mengajarkan bahwa bertani merupakan cara menjadikan bangsa yang berdikari. Pemikiran tersebut yang membuat Ubay tertarik masuk ke Gafatar waktu itu.

Ubay sudah sembilan bulan tinggal di Desa Sedahan, Kayong Utara. Bersama 15 kepala keluarga lainnya, Ubay datang ke tempat tersebut. Menurut pengakuannya, Ubay bersama kelompoknya secara resmi pindah ke Desa Sedahan. "Surat-surat resmi, semua kelompok saya, jadi nggak ada masalah secara adminitrasi," katanya.

Hubungan dengan masyarakat setempat pun juga terjalin baik. Bahkan, mereka sering meminta pendapat ke kepala desa setempat. Di desa tersebut, Ubay bersama kelompoknya mengelola tanah untuk ditanami padi seluas empat hektar. Sedangkan untuk sayur mayur tiga perempat hektar. Tanah tersebut disewa dari warga setempat. Perpetak sawah dihargai Rp 250 ribu untuk satu kali panen.

(Baca Juga: Youth Center DIY Siap Tampung 236 Eks Gafatar).

Ubay mengaku selama di sana, sudah tiga kali panen dari tanaman sayur mayur. Hasil panennya di jual ke warga sekitar, pasar, bahkan ada yang dibagikan secara cuma-cuma ke warga sekitar.

Karena itu Ubay masih mengaku bingung sisi kesalahannya dimana sehingga harus kembali ke Jawa. Ubay juga menepis segala opini yang terbangun terkait ajaran sesat Gafatar dan ingin mendirikan negara sendiri.

"Sesatnya di mana? Saya nggak pernah mendengar ingin mendirikan negara, cuma membangun negara dengan diri kita sendiri," ucap Ubay.

Ubay yang lulusan SMP tersebut mengungkapkan, masyarakat setempat tidak ingin dirinya bersama kelompoknya meninggalkan Sedahan. Akan tetapi, mereka harus meninggalkan Sedahan karena perintah aparat.Ubay belum memiliki rencana akan berbuat apa sekembalinya ke Jawa. Pasalnya, seluruh harta bendanya di Banten sudah di jual untuk biaya hidup di Kalbar.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement