REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Tim Forensik Muhammadiyah dr Gatot Suharto bersama sembilan dokter dari RS Muhammadiyah dan satu dokter dari Polda Jawa Tengah mengungkapkan hasil autopsi terhadap jenazah terduga teroris Siyono.
Tim forensik, terang Gatot, secara profesional menyampaikan ada luka-luka yang bersifat intravital. Tim dokter pun melakukan pemeriksaan mikroskopis untuk memastikan hal tersebut. "Artinya luka tersebut terjadi ketika Siyono masih hidup," katanya saat konferensi pers, di kantor Komnas HAM, Jakarta, Senin (11/4).
Dia pun menjelaskan, terdapat keistimewaan terhadap jenazah Siyono, yakni penyimpangan pembusukan. Menurut dia, terjadi saponifikasi sehingga jenazah tidak rusak. Dengan demikian, tim forensik pun tertolong sehingga dapat melihat bekas-bekas luka yang terjadi di tubuhnya semasa hidup.
Saponifikasi merupakan istilah dunia kedokteran untuk menyebut proses mayat yang tidak mengalami proses pembusukan yang biasa karena pembentukan adiposera pada jenazah. Adiposera merupakan substansi yang mirip seperti lilin yang lunak, licin, dan warnanya bervariasi mulai putih keruh sampai cokelat tua. Adanya enzim bakteri dan air sangat penting untuk berlangsungnya proses tersebut. Dengan demikian, adiposera biasanya terbentuk pada mayat yang terbenam dalam air atau rawa-rawa.
Apa yang dijelaskan tim forensik sesuai dengan tim penggali makam yang turut membantu autopsi jenazah Siyono, Ahad (3/4) lalu. Husni Thamrin, fungsionaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Klaten, yang turut menggali makam Siyono menjelaskan, hanya bau samar-samar kurang sedap dari lumpur makam yang tercium. Ini karena makam digenangai air, sehingga wajar, kalau makam dibongkar, bau lumpur kurang sedap.
''Kalau kondisi jenazah sendiri masih utuh. Tak mengeluarkan bau kurang sedap sama sekali,"kata dia beberapa waktu lalu. Tidak adanya bau dari jenazah pun membuat hampir semua penggali makam dan tim autopsi tak menggunakan masker. (Baca: Jenazah Siyono Utuh dan tak Bau).
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Charliyan menyangkal jika mayat Siyono dalam keadaan utuh dan tidak berbau saat kuburnya dibongkar oleh tim forensik PP Muhammadiyah bersama Komnas HAM untuk diautopsi. Menurut dia, jenazah Siyono sama seperti jenazah pada umumnya setelah dikubur selama tiga pekan.
Ia menilai, isu utuh dan tidak berbaunya jenazah Suyono adalah akal-akalan yang ingin memunculkan citra seolah-olah Siyono adalah mujahidin yang suci dan diistimewakan. "Ini hanya memunculkan mitos seolah dia orang suci dan diistimewakan," kata Anton di Mabes Polri, Selasa (5/4). (Baca: Polri Sangkal Jenazah Siyono tak Berbau)