Kamis 14 Apr 2016 13:56 WIB

Bappenas: Reklamasi itu Suatu Keniscayaan

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Bayu Hermawan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Sofyan Djalil memberikan sambutannya dalam pembukaan rapat kerja PII periode 2015-2019 di Gedung Indosat, Jakarta, Jumat (18/3).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Sofyan Djalil memberikan sambutannya dalam pembukaan rapat kerja PII periode 2015-2019 di Gedung Indosat, Jakarta, Jumat (18/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN) Sofyan Djalil menilai reklamasi merupakan sesuatu yang wajar terjadi di Indonesia, khususnya Jakarta. Menurutnya reklamasi menjadi solusi atas permasalahan ketersediaan lahan.

Sofyan menyebut syarat pelaksaan reklamasi wajib mempertimbangkan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Namun ia mengakui opini liar tentang reklamsi menjadikan proyek tersebut sulit memperoleh restu semua pihak. Padahal menurutnya, reklamasi mampu membantu lahan yang menipis.

"Reklamasi itu suatu keniscayaan untuk kota besar seperti Jakarta ini. Cuma masalahnya perencanaan yang baik dan AMDAL yang tepat. Jadi sekarang ini lebih banyak diskusi distorsi karena kasus korupsi," ujarnya di Balai Kota, Kamis (14/4).

"Tapi kalau reklamasinya sendiri, saya pikir kota-kota besar di dunia sudah pakai untuk solusi atas masalah keterbatasan lahan," katanya.

(Baca: Takut Dipecat DPRD, Ahok Pilih Lanjutkan Proyek Reklamasi)

Menurutnya, kota-kota besar yang terletak di pinggir pantai seperti Jakarta sering menemui masalah ketersediaan lahan. Sehingga ia mengakui saat ini tekanan untuk memperluas wilayah Ibu Kota menjadikan proyek reklamasi terus digencarkan.

"Kalau kita lihat tren kota-kota besar di pantai umumnya didirikan di daerah-daerah muara sungai waktu zaman dulunya. Jadi sekarang ada pressure karena kekurangan lahan. Reklamasi bisa jadi opsi, asalkan studi AMDAL-nya jangan sampai ada dampak negatif," jelasnya.

(Baca juga: Sunny Akui Jadi Perantaran Ahok dan Pengembang Reklamasi)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement