Sabtu 14 May 2016 07:50 WIB

Jimly Minta Masyarakat Ubah Kultur Politik Feodal

Rep: c25/ Red: Nidia Zuraya
Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), Jimly Asshiddiqie
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), Jimly Asshiddiqie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia memang merupakan negara kesatuan dengan sistem kenegaraan republik. Namun, tidak boleh dilupakan sejarah kalau Indonesia berasal dari kerajaan-kerajaan.

Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Jimly Asshiddiqie, meminta masyarakat mengubah pola pikir berpolitik dari kebiasaan lama, agar sesuai dengan sistem republik yang ada. Pasalnya, ia merasa masih ada masyarakat yang memiliki pola pikir kebiasaan lama, yaitu berpolitik dengan kultur feodal.

"Kita harus ke luar dari kebiasaan lama, karena memang kultur politik kita feodal," kata Jimly, saat menjadi narasumber di pengajian bulanan PP Muhammadiyah, Jum'at (13/5).

Ia menuturkan kisah pertentangan dari setidaknya enam perwakilan saat rapat BPUPKI, tentang sistem republik yang hendak dianut bangsa Indonesia setelah merdeka. Sebelum disepakati, terdapat sejumlah usulan tentang sistem negara dari enam orang seperti khilafah, kerajaan, kesultanan dan usulan-usulan lain.

Dengan kultur asal feodal, Jimly memaklumi jika masih ada masyarakat yang secara alam bawah sadar masih hidup dengan suasana kerajaan, dan tidak biasa dengan sistem republik. Padahal, masyarakat seharusnya paham kalau korupsi, kolusi dan nepotisme yang menjadi musuh bersama, kerap tumbuh subur di kultur feodal.

Untuk itu, ia berharap masyarakat mau meneruskan perbaikan sistem negara yang ada, terutama memperbaiki demokrasi agar benar-benar subtantif sesuai cita-cita reformasi. Menurut Jimly, akan selalu ada tantangan baru bagi sebuah negara yang ingin maju, sehingga perlu adanya kerja sama dari semua pihak.

"Never ending strugle, untuk Indonesia dan umat Islam yang semakin damai," ujar Jimly. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement