REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan impor gula pada bulan Mei cukup signifikan. Pengamat Ekonomi Ahmad Heri Firdaus mengatakan, peningkatan yang sangat tinggi menjelang bulan Ramadhan ini memperlihatkan bahwa industri gula dalam negeri belum bisa menopang kebutuhan domestik.
"Ini kelihatan sekali pada bulan puasa. Buktinya impor gula kita naik setinggi itu," ujar Ahmad, Rabu (15/6).
BPS mencatat kenaikan barang konsumsi sebesar 133 juta dolar AS. Peningkatan ini diprediksi karena barang konsumsi diperlukan menjelang bulan Ramadhan. Salah satu yang memberikan sumbangsih terbesar dalam impor adalah pembelian gula yang meningkat hingga 92 persen di bulan April-Mei.
Dengan data yang memperlihatkan bahwa impor gula terus meningkat, menurut dia, pemerintah sudah seharusnya memperhatikan perbaikan dalam industri gula. Baik itu merevitalisasi pabrik atau membangun pabrik baru.
Selain itu, perkebunan tebu untuk menunjang industri gula juga harus diperbanyak. Karena, selama ini industri gula dalam negeri pun kerap mengeluh minimnya perkebunan tebu yang bisa dimanfaatkan untuk memproduksi gula.
Menurut Ahmad, janji pemerintah untuk meningkatkan produksi gula selama ini belum terlihat. Hanya sekadar pembicaraan namun minim aksi nyata. Pemerintah pun diharap membuat road map agar impor gula setiap tahunnya bisa menurun.
"Jangan sampai kita tiap tahun malah naik terus impor gulanya. Mestinya tiap tahun ini turun," kata dia.