REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, yang ditertibkan oleh Pemerintah Provinsi Jakarta kemarin (1/9) bertahan di sepanjang trotoar apartemen Kalibata City. Para warga mendirikan tenda dengan sisa-sisa terpal dan spanduk yang disanggah dengan bambu.
Salah satu warga Ratna (70 tahun) menyatakan enggan dipindahkan ke Rusun Marunda, Jakarta Utara, karena letaknya terlalu jauh dari tempat mencari nafkah. Selain itu juga karena anak-anak mereka bersekolah di sekitar Rawajati.
"Kalau dipindahkan ke (Jakarta) Selatan lagi tidak apa-apa tapi ke Timur harus menyesuaikan lagi, lagi pula air di Timur sama Utara airnya enggak sebersih di Selatan," katanya, Jumat (2/9).
Ratna mengatakan sosialisasi yang dilakukan pemerintah juga minim. Ratna berharap tempat tinggal yang disediakan oleh pemerintah dapat dimanfaatkan oleh beragam usia. Ia mencontohkan dirinya yang berusia senja harus naik tangga. "Seperti saya berkepala tujuh harus naik lima tangga," katanya.
Baca juga, Air Mata Veteran Perang Kemerdekaan di Penggusuran Rawajati.
Selain itu sumber ekonomi warga, kata Ratna, juga terputus. Ia menceritakan ada seorang yang berkerja di Kalibata Mall, istrinya berjualan sayuran, dan memiliki anak yang masih kecil. Ratna mengatakan dengan kondisi tersebut tentu akan sulit jika harus pindah ke Marunda, Jakarta Utara.
Dengan penggusuran ini, Ratna menambahkan berapa warga juga tidak bisa bekerja dan berjualan. "Pemerintah mikir enggak kondisi vakum kayak gini," katanya.
Ratna tidak bisa menjawab sampai kapan ia akan bertahan. Ia hanya dapat berharap pemerintah memberikan kompensasi yang setimpal.