REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhatian masyarakat terhadap kasus penistaan agama dengan tersangka Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama begitu besar. Tidak sebatas di Jakarta saja, tetapi meluas secara nasional.
Anggota DPD RI perwakilan Sulawesi Selatan, AM Iqbal Parewangi dalam Sidang Paripurna DPD RI, Kamis (17/11) di Gedung Nusantara V, Senayan, mengatakan, aksi damai 4 November 2016 lalu, sebagai gambaran, bukan saja berlangsung akbar di Jakarta tetapi juga di daerah luar Jawa lainnya. Seperti di Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, dan sejumlah daerah di segenap penjuru Indonesia. "Di Sulawesi Selatan sendiri Aksi Damai tersebut diikuti 100 ribu orang lebih, yang berlangsung serempak di berbagai kabupaten dan kota," katanya.
Dia menyebut hal itu baru fakta kuantitatifnya. Belum lagi beragam fakta kualitatif seperti diskursus tematik yang terus meluas dan menukik, kesibukan media massa meracik beragam berita dan cerita, pengerahan pasukan pengamanan dari Polri dan TNI, hingga kesibukan Presiden Joko Widodo blusukan ke berbagai ormas Islam ditambah mengundang sejumlah tokoh ormas Islam yang tidak sempat diblusukinya.
Besarnya respons terhadap kasus penistaan agama tersebut sudah semestinya menjadi first warning atau peringatan awal serius bagi semua pihak yang mencintai NKRI, termasuk DPD RI. "Pesannya jelas jangan main-main terkait keyakinan agama, apalagi antar-agama. Apalagi agama Islam yang umatnya mayoritas di negeri ini," kata Iqbal.
Dia mengatakan, NKRI bukan negara sekuler, juga bukan negara atheis. NKRI yang berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan kado terindah umat Islam kepada bangsa dan negaranya.
Ghirah keislaman sangat menentukan perjuangan melawan penjajah hingga terebut kemerdekaan negeri ini. Sampai hari ini, tercatat seluruh Pahlawan Nasional Indonesia yang lahir sebelum abad 19, kemudian 81,7 persen yang lahir pada abad 19, dan 75,8 persen yang lahir setelahnya adalah para syuhada bersyahadatain.
Ghirah keislaman itu, Iqbal mengatakan, juga sangat menentukan terjaganya kerukunan hidup berbangsa dan bernegara kita kini dan kelak. Karena bagi umat Islam, menjaga NKRI dari segala bentuk ancaman dan rongrongan, termasuk penistaan dalam segala bentuknya, sudah merupakan tanggungjawab kesejarahan dan masadepan.
Pesan dari tanah Serambi Madinah ini jelas, yakni ghirah ke-Islaman senantiasa menjaga NKRI. "Oleh karena itu siapapun yang mencintai NKRI jangan usik keyakinan religius umat Islam," ujarnya.