Rabu 23 Nov 2016 00:03 WIB

'Megawati Bertemu Zulkifli Bukan karena Kasus Ahok'

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nur Aini
Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kanan) berbincang dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kiri) saat melakukan pertemuan di Jakarta, Selasa (22/11).
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kanan) berbincang dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kiri) saat melakukan pertemuan di Jakarta, Selasa (22/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekjen PDI-P Ahmad Basarah menegaskan pertemuan antara Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarno Putri dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan pada Selasa (22/11) dilakukan bukan karena persoalan yang menimpa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam kasus dugaan penistaan agama.

Basarah mengatakan jauh sebelum adanya kasus Ahok, pertemuan dua pemimpin parpol itu juga sering dilakukan. Bahkan, beberapa waktu lalu, Megawati juga menghadiri agenda Rakernas PAN yang digelar di Kemayoran, Jakarta.

"Keakraban Pak Zulkifli dengan Bu Mega itu sudah berlangsung sangat lama. Sebelum pertemuan ini, pertemuan-pertemuan sebelumnya sudah sering terjadi," tutur dia saat di kediaman Megawati, Menteng, Jakarta, Selasa (22/11).

Beberapa kali, kata Basarah, Megawati menghadiri acara resmi PAN. Terakhir agenda PAN yang dihadiri Megawati yakni Rakernas PAN di Kemayoran waktu itu.

"Saya kira ini pertemuan kesekian kalinya dengan Pak Zul. Ini silaturahmi antartokoh bangsa. Kemarin kan ada Setya Novanto (yang menemui Megawati). Biasalah. Silaturahmi kan harus tetap dijaga," ujarnya.

Basarah menjelaskan, pertemuan Zulkifli dengan Megawati ini menjadi agenda roadshow silaturahmi kebangsaan yang perlu dilanjutkan. "Roadshow silaturahmi kebangsaan ini akan dilanjutkan. Hari ini langkah lebih maju dari kemarin dari pertemuan tokoh-tokoh bangsa," ujar dia.

Selain itu, kata Basarah, pertemuan tersebut juga menjadi pertemuan dua anak bangsa yang sama-sama mempunyai sejarah pergerakan yang sama dan punya orientasi nilai tentang bangsa dan negara yang sama.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement