Sabtu 03 Dec 2016 13:52 WIB

Aksi 212 Bukti Kedewasaan Umat Islam

Relawan membagikan makanan dan minuman kepada peserta aksi super damai 212 di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (2/12).
Foto: Republika/Prayogi
Relawan membagikan makanan dan minuman kepada peserta aksi super damai 212 di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (2/12).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Aksi Bela Islam 2 Desember 2016 menjadi bukti kedewasaan dan kesantunan umat Islam dalam berdemokrasi. Aksi ini bisa menjadi teladan bagi bangsa bahkan dunia.

Ketua Fraksi PKS DPR, Jazuli Juwaini mengapresiasi aksi super damai 212 yang berjalan dengan tertib dan damai. "Aksi super damai 212 benar-benar super. Sangat tertib, super damai, dan indah mengagumkan. Mereka tetap dalam barisan shaf yang rapi hingga tuntas acara. Lalu membubarkan diri sesuai waktu yang ditentukan," puji Jazuli dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (3/12).

Ia mengatakan apresiasi layak diberikan kepada panitia yang mampu mengelola aksi dengan sangat baik. Juga kepada Kapolri yang hadir memberi sambutan dan menyampaikan komitmennya dalam menegakkan hukum yang adil. Serta kepada Panglima TNI yang ikut menjaga keamanan bersama Polri.

Dalam kacamata Jazuli hal ini menunjukkan kedewasaan dan kesantunan umat Islam dan elemen rakyat lainnya dalam berdemokrasi, bahwa umat Islam itu selalu cinta damai. Bahkan tidak terdengar ungkapan provokasi, yang ada hanyalah penyadaran, doa, nasihat, dan tausiyah bagi penguatan kebangsaan Indonesia.

"Ini bisa menjadi teladan bagi bangsa bahkan dunia. Dengan jumlah massa yang luar biasa besar (hingga mencapai 4 juta menurut sejumlah media, red), aksi ini menjadi yang terbesar sepanjang sejarah, tapi semuanya tertib rapi, sangat elegan. Bahkan peserta aksi berlomba-lomba mengingatkan agar tidak menginjak taman dan membersihkan sampah begitu aksi usai," kata Jazuli.

Anggota Komisi I ini juga menilai betapa kuat solidaritas dan persaudaraan di antara rakyat dalam menjaga arti kebhinnekaan dan persatuan. Dari orasi dan partisipasi rakyat yang demikian besar menunjukkan bahwa mereka terusik dan gundah dengan sikap dan tindakan penodaan agama yang merusak bangunan kebhinnekaan dan persatuan itu sendiri.

"Untuk itu hukum yang berkeadilan menjadi tuntutan utama mereka agar kebhinnekaan dan persatuan tetap terjaga. Dan ini semua tidak ada kaitan dengan SARA," tegasnya.

Hadirnya Presiden dan Wakil Presiden beserta para menteri, yang bergabung dalam aksi dan sholat jumat menambah kesejukan aksi super damai yang benar-benar super ini.

"Saya pribadi mengapresiasi kehadiran Presiden. Ini sikap yang arif dan bijaksana selain ikut menentramkan suasana juga sebagai bentuk empati dan afirmasi terhadap rasa keadilan yang dituntut rakyat dan umat," pungkasnya.

Aksi yang super damai ini juga membuktikan bahwa pendekatan persuasif, arif dan bijak seperti inilah yg harusnya dikedepankan oleh penguasa dalam menghadapi persolan di masyarakat.

"Zaman moderen seperti sekarang sudah tidak relevan lagi mengunakan cara-cara intimidasi dan kekerasan dalam menghadapai dan menyelesaikan persoalan umat, rakyat, dan bangsa," kata Jazuli.

Terkait kasus penistaan agama ini sendiri, Jazuli berpandangan setelah Polri menyerahkan berkas tersangka penista agama Saudara Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ke Kejaksaan maka Kejaksaan diuji nurani kejujuranya untuk melakukan tuntutan yang memenuhi rasa keadilan rakyat, sesuai norma hukum yang berlaku di republik ini. Kejaksaan jangan terpengaruh oleh tarikan-tarikan politik kepentingan tertentu tapi harus fokus pada penegakan hukum yang berkeadilan.

"Kita semua harus mengawal dan mengontrol Kejaksaan dalam menjalankan tugas dan fungsinya sambari kita do'akan agar Kejaksaan dapat bimbingan dari Allah

untuk mengakan hukum dengan adil baik dan benar," ungkap Jazuli.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement