Selasa 06 Dec 2016 17:40 WIB

2 Desember Diusulkan Jadi Hari Persaudaraan Islam Indonesia

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Bilal Ramadhan
Jutaan Jamaah Aksi Bela Islam III menjelang pelaksanaan Shalat Jumat memadati area Monumen Nasional Jakarta, Jumat (2/12).
Foto: Republika/ Yogi Ardhi
Jutaan Jamaah Aksi Bela Islam III menjelang pelaksanaan Shalat Jumat memadati area Monumen Nasional Jakarta, Jumat (2/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi Bela Islam III pada 2 Desember 2016 lalu membuktikan umat Islam di Indonesia bisa bersatu. Persaudaraan ini yang harus dirawat usai 2 Desember. Dalam silaturahim usai Aksi Bela Islam III, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF), Ustaz Bachtiar Nasir menjelaskan, ada yang mengusulkan, mengapa 2 Desember tidak sebagai Hari Persaudaraan Islam Indonesia.

"Tapi kan yang tetapkan seperti ini negara. Atau kita saja? Jadi nanti 2 Desember 2017 kita buat Hari Persaudaraan Islam Indonesia,'' ungkap Ustaz Bachtiar yang disambut takbir hadirin di di Masjid Raya Pondok Indah, Jakarta, Selasa (6/12).

Di Aksi Bela III pada 2 Desember ada energi kerinduan umat untuk bersaudara, ada kebahagiaan. Ustaz Bachtiar menyebut, kontributor Aljazeera Indonesia bahkan menulis Aksi 2 Desember lebih dari Idul Fitri dan umat Islam Indonesia sedang berhari raya.

"Ada kerinduan bersaudara dan bersatu. Ini membuat iri yang tidak hadir dan membuat menyesal mereka yang melarang,'' kata Ustaz Bachtiar.

Menurut dia, aksi 2 Desember adalah energi persaudaraan. Khatib 2 Desember harusnya bukan Habib Rizieq. Khatib yang GNPF minta hanya mau jika presiden datang. Namun karena tidak ada keputusan dari presiden sampai pukul 10.00 WIB, akhirnya diputuskan Habib Rizieq jadi khatib.

Harusnya, lanjut Ustaz Bachtiar, GNPF jadi marbot saja. GNPF ingin memunculkan para orangtua dan para tokoh agar terjadi persatuan. Ustaz Bachtiar mengaku mendapat banyak pernyataan bahwa umat Islam bisa bersatu dalam akidahnya dan umat Islam itu bisa disatukan dengan akidahnya.

Umat selama ini rindu disatukan dengan Alquran dan Allah SWT mempersatukan sehingga bersatu hati umat untuk membela Alquran. Sampai Syekh Besar Mesir bilang Allah SWT menunjukan wajah asli Islam di Idonesia. Persatuan juga terlihat di tim medis, pengacara, notaris Muslim, tim media, dan tim konsumsi GNPF. Tapi GNPF juga tidak sepi hujatan.

''Ada yang bilang: begini saja? Kalau tahu hanya dengar tausiyah, mending video streaming saja. Sehingga mereka katakan, ibarat makan belum kenyang sudah pulang,'' kata Ustaz Bachtiar.

Umat Islam cinta damai meski banyak yang ingin umat beradu dengan polisi. Polisi bukan musih umat. Muazin pada 2 Desember adalah Kapolres Cirebon Kota. Itu sengaja dilakukan agar semua tahu polisi bersama umat. TNI juga bukan musuh umat. TNI adalah benteng dan mereka bersama umat.

"Musuh umat adalah penista agama,'' kata Ustaz Bachtiar.

Ustaz Bachtiar menambahkan Aksi Bela Islam III awalnya akan dilaksanakan pada 25 Desember 2016, melihat perkembangan sistuasi, aksi dimajukan menjadi pada 2 Desember 2016. 25 Desember sudah di akhir Rabiul Awal. Untuk kebersamaan, dipilihlah 2 Desember di awal Maulid.

Karena GNPF ingin persatuan, GNPF tidak mempersoalkan mereka yang melaksanakan Maulid. Tapi ada yang menarik dalam susunan acara. Kalau shalawat Maulid ini dibaca di tengah acara, yang ikut Maulid berdiri dan yang tidak ikut Maulid duduk, tidak kompak.

Atas kebijaksanaan Habib Rizieq, salawat Maulid letakkan di akhir agar yang ikut Maulid berdiri dan yang tidak ikut juga berdiri untuk pulang. ''Tapi toh akhirnya semua ikut menjunjung Rasulullah. Ini semua jadi sarana persatuan,'' kata Ustaz Bachtiar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement